Mohon tunggu...
Burhan Yusuf
Burhan Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Mahasiswa Sharia and Islamic Law Al-Azhar University, Cairo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menangisi Susu yang Telah Tertumpahkan!

5 April 2021   20:33 Diperbarui: 7 April 2021   17:48 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang menanggap bahwa sifat perangai, pola pikir, dan adat masyarakat dimana dia tumbuh adalah sesauatu yang sudah mutlak dan  tidak bisa dirubah. Hal ini menjadikan seseorang pasrah akan keadaan seperti hal nya pasrah atas bentuk tubuh dan warna kulit pemberian Tuhan yang tidak mungkin dapat dirubah kembali.

Namun, orang yang cerdas dan bijak beranggapan bahwa sifat, perangai dan pola pikir ternyata dapat dirubah bahkan lebih mudah daripada sekedar merubah dan mengganti fashion. Hal ini disebabkan karena tabiat dan sifat kita bukanlah seperti susu yang telah dit+umpahkan dari cawannya dan tidak mungkin disatukan kembali, tetapi sifat,perangai, dan tabiat itu ada di tangan kita. Melalui cara-cara tertentu sangat memungkinkan kita bisa merubah sifat dan kebiasaan manusia bahkan pola pikir nya juga.

Ibnu Hazm menyebutkan dalam kitabnya Thauq al hamamah sebuah kisah yang apik sarat dengan nilai, bahwasanya :

Dahulu kala, tersebutlah seorang pedagang yang sangat terkenal berasal dari Andalusia. Dia memiliki peringai yang baik, namun hal ini justru membuat pedagang yang lain menjadi iri hati dan mereka bersepakat untuk mengganggunya sehingga membuatnya marah.

Suatu pagi, sang pedagang keluar dari rumahnya berjalan menuju tempat dimana dia biasa berjualan dengan menggunakan pakaian yang sangat indah berwarna putih dan imamah (penutup kepala khas orang Arab) berwarna putih pula. Dalam perjalanan sang pedagang bertemu dengan kawannya yang pertama.

Orang pertama, "Sungguh indah imamah mu ini yang berwarna kuning !!".

"Sungguh matamu telah dibutakan, imamah ini berwarna putih", ucap pedagang sembari tertegun.


Orang pertama, "tidak, itu berwarna kuning .. tetapi itu sangat indah".

Sang pedagang pun meninggalkan orang tersebut dan berlalu. Ketika berjalan kembali, dia bertemu dengan orang kedua dan kembali menyapa seraya menanyakan perilah penutup kepalanya.

Orang kedua, "Sungguh indah imamah mu ini yang berwarna hijau !!".


Pedagang, "tidak, imamah ini berwarna putih".


Orang kedua, "tidak, itu berwarna hijau ..".


Pedagang, "Ini berwarna putih, pergi dari hadapanku !!".

Pedagang kembali berjalan sambil menggerutu atas apa yang telah dia alami dalam perjalanan,sambil dia juga memperhatikan ujung imamahnya untuk menyakinkan diri bahwa imamah itu berwarna putih. Sesampainya di tempat berjualan, datang orang ketiga dan menanyakan hal yang sama dengan orang-orang sebelumnya.

Orang ketiga, "Wahai pedagang ! Sungguh tampan kau pagi ini, terkhusus untuk baju dan imamah mu ini yang berwarna biru !!".

Sembari melihat imamahnya, pedagang ini ingin meyakinkan diri bahwa ia berwarna putih bukan selainnya.


Pedagang, "wahai saudaraku, penutup kepala ini berwarna putih".


Orang ketiga, "tidak, itu berwarna biru  .. tetapi itu sangat indah".

Sang pedagang bingung dan berteriak "imamah ini berwarna putih" sambil membolak-balikkan ujung nya. Lalu terdiam dan terduduk sejenak di tempat berjualannya sambil melihat ke arah ujung imamah nya dan meyakini warna itu adalah putih.

Beberapa saat kemudian, datang orang ke empat dan kembali menanyakan hal yang sama.

Orang keempat, "wahai saudaraku ! Ma sya Allah , dimanakah kamu membeli penutup kepala ini yang berwarna merah ??".


"Tidaak, penutup kepala ini berwarna biru" teriak sang pedagang.


Orang keempat, "Tidak, itu berwarna merah ..".


Pedagang, "Tidak, itu berwarna hijau ... ! tidak, berwarna biru !, tidak tidak , putih .. tidak hitam !!

Lalu dia tertawa, menangis, berteriak dan berlompat lompatan

Ibnu Hazm menambahkan, "Sungguh aku melihatnya setelah hari-hari itu layaknya seorang gila yang kehilangan dan dilempari dengan batu kerikil oleh anak kecil. Aku melihatnya dengan perasaan iba di sepanjang jalan kota Andalusia". 

Dalam kisah ini kita mengambil sebuah kesimpulan bahwa jika mereka mampu merubah tabiat manusia bahkan akalnya dengan kemampuan yang tidak dibuat-buat, maka bagaimana dengan kamu dengan kemampuan yang diasah lagi tersinari oleh Alquran dan sunnah serta pengamalan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT ?.

Coba dan terus mencoba. lakukan !!

Lakukan apa saja kemampuanmu dalam kebaikan agar kamu bahagia, dan jika kamu berkata kepadaku "aku tidak bisa", maka kukatakan kepadamu "cobalah !". Dan jika kamu berkata kepadaku "aku tidak tahu bagaimana caranya ?", maka kukatakan "belajarlah !".

Nabi Shallahu alaihi wasallam bersabda :

"Sesungguhnya ilmu itu datang dengan dipelajari, sedangkan mimpi hanya angan-angan belaka"

Izaaq Islamy

 Istamti' bihayatika - Dr. Mohammed ibn Abdel Rahman el 'Arify

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun