Mohon tunggu...
Dale Burhantara
Dale Burhantara Mohon Tunggu... Pendidik -

Tiada sekali pun ku kan mundur, meski peluru kelak kau hambur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Genapkan Saja

28 Juni 2017   17:38 Diperbarui: 29 Juni 2017   18:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ananda ku Adyanurizky,

Ada kala kita harus berhenti mendamba

Berhenti bermimpi karena kini tiba masanya

Berhenti berkhayal karena hitungan tentang waktu telah lama tiba

: Satu, Dua, Empat, Lima, Delapan, Sepuluh dan terserah mu

Ayah bisa mengerti kau belum mampu, 

karena dulu ayah pun begitu

Ayah bisa pahami, 

karena belum saatnya kau bisa mengurut mengeja dan menelaah diksi diksi

Ayah bisa ikuti segala sedu sedan mu tentang malam yang kehilangan bintang

Karena bintang yang sering kita pandangi telah purna 

Akhirnya, dia menyerah terbakar tergesek lintasannya

Ayah tidak akan memaksamu untuk pahami tentang bintang, tentang orbit, tentang malam dan tentang cara menghidupkan makna 

Tidak pula kupaksakan dirimu untuk memahami betapa kejamnya matahari atau kejinya sang rembulan yang katanya rindu cahaya

kau bebas Ananda, tak harus kau bisa Fisika, geografi, Matematika atau bahasa dari seluruh jiwa

karena waktu kelak mengajarkan mu mengapa bintang rela musnahkan jalan takdirnya

dia membakar lintasan dan menjelma menjadi komet suatu pertanda kebangkitan negara api

Bukan salah komet ananda bila api kini merajai

bukan salah bintang, pun Matematika dan fisika tak mampu menceritakannya dalam diksi yang kau sebut cerita

Salahkan Avatar yang bersembunyi dalam dormansi dan belum terbangun hingga kini

Salahkan Imam Mahdi yang yang kita percaya namun tak jua dia tiba

Salahkan Mesias sang juru selamat yang menyamar sebagai pemain bola

Salahkan Naruto yang terlalu percaya pada Jiraiya

Salahkan Ayah

Salahkan Saya

Salahkan Saja

Salahkan saja Ayah yang tak bisa bersabar dan mengambil hikmah karena Khaidir dipinang Musa

Salahkan Saja Ayah yang tak bisa menterjemahkan suara Bul Bul sang penyampai berita atau Ababil sang pemusnah tentara gajah

Ayah tak bisa, Ananda.

Karena sulih bahasanya telah dimusnahkan Sulaiman

Dia takut ayat terjemahannya ayah salah gunakan

Adyanurizky,

Kelak kau akan mendewasa, besar, dan bersahabat dengan dunia

Tanyakan mereka dan telaah mengapa bintang rela dikhianati dewi cahaya

Tanyakan Mengapa, tapi kau tak harus tahu jawabnya

kau tak harus mengerti

kau tak harus pahami

KAU TAK HARUS

Agar kau tak sendiri,

bersama pesan ayah ini, 

Ayah tinggalkan tanda tanya yang boleh kau hitung satu, dua, empat, delapan, sepuluh dan seterusnya

bukan pemuas dahaga mu, ananda.

Tapi cukup untuk menggenapi saat kelak kau berhapadan dengan Negara Api

MAAF AYAH PERGI,

TEGARLAH JALANI TAKDIR INI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun