Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dahlan Iskan Sempat Memarahi Sigun Batik karena Pekewuh

30 Mei 2022   19:01 Diperbarui: 31 Mei 2022   05:53 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sigun Batik Lukis ialah seniman lukis yang karyanya diabadikan dalam bentuk batik lukis. Gerai atau rumahnya di daerah kecamatan Kauman, 4 km-an dari kota Ponorogo ke arah barat. Dia juga seorang guru seni rupa di SMA dekat rumahnya. Di rumahnya seringkali kedatangan anak magang, belajar batik lukis. Pondok pesantren Gontor pernah datang juga, seperti pada tulisan saya beberapa tahun yang lalu. 

Kejadian seperti cerita di atas terjadi lagi saat pameran seni rupa di mall Ponorogo. Saat itu kami dan Sigun sama-sama ikut pameran, Sigun Batik lukisnya sedangkan kami pameran fotografi dalam satu lokasi pada ivent yang sama.

"Mas Sigun aku nempil karya batikmu yang ini, tapi aku cuma bawa uang cash sejuta, minta nomor rekeningnya nanti aku tranfer. " kata dr Praminto teman saya sesama peserta pameran.

Lagi-lagi Sigun bingung, batik lukis dihargai 500 ribu kok dibayar sejuta masih minta nomor rekening akan ditransfer lagi. Bingungnya lagi sesama peserta pameran yang selama ini sudah akrab, sering kumpul dan ngopi bareng.

Sigun Batik, ngomong sebenarnya pada dr Praminto tentang harga sebenarnya bukan masalah pertemanan. Akhirnya deal dr Praminto memaksa agar uang 1 jutanya diterima.

Menjadi jujugan buat jajan, orang yang pulang dari Ponorogo (Dok pribadi)
Menjadi jujugan buat jajan, orang yang pulang dari Ponorogo (Dok pribadi)

Begitupun saat kunjungan menteri BUMN Erick Tohir ke Ponorogo beberapa waktu yang lalu, saat mau pulang ke Jakarta pak Menteri minta dibungkuskan 4 lembar batik lukis karyanya. Tadi siang saat saya tanya dikasih uang berapa? Sigun Batik tertawa sambil mempersilakan kopi pada saya biar tidak keburu dingin.

Orang-orang itu aneh, dia bilang apa adanya katanya ewuh pekewuh, katanya sungkan, katanya tidak enak hati pada pembelinya. Padahal dia sudah ketakutan ngasih harga segitu karena anggapannya sudah kemahalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun