Sigun Batik menjelaskan pada pak Dahlan Iskan harga sebenarnya dan biasanya karyanya dihargai orang segitu. Akhirnya pak Dahlan membeli 4 lembar kain batik lukis karya Sigun dengan membayar 2 juta.
Bagi pak Dahlan murah banget, beda bagi Sigun sudah berhasil jual mahal banget. Apalagi sebagai penglaris, orang Jawa biasanya menyebut untuk orang pertama sebagai pembeli. Ada kepercayaan ada masalah pada penglaris akan terjadi banyak masalah pada pembeli berikutnya. Hal ini bagi orang Jawa sangat diugemi (dijaga) agar pembeli pertama atau penglaris atau buka dasar lancar dan mulus.
Sigun bingung pikiran dan batinnya campur aduk, apa yang salah sama dirinya? Dia sudah berhati-hati sampai ketakutan kemahalan bikin harga pada karyanya namun orang lain menganggap terlalu murah sampai memprotesnya.
Pada pameran House of Sampoerna Surabaya 2016 tersebut salah satu karya batik lukisnya laku 10 juta diambil kolektor.
Kolektor tersebut langsung menawar 10 juta untuk buka, berharap Sigun bisa diajak negoisasi. Bagi Sigun harga tersebut merupakan harga tidak masuk akal, sudah jauh terlalu mahal. Sigun Batik langsung mengiyakan, dan deal. Sigun takut kejadian sama Pak Dahlan terulang lagi.
Sebagai rasa terimakasih Sigun mencari panitia ingin memberikan tips, tapi panitia tidak mau dan tidak berani karena tidak boleh. Sigun bingung, pameran gratis, sewa tempat gratis, semua keperluan baik stan instalasi lampu gratis, bahkan sampai konsumsi.
Sejak saat itu Sigun Batik takut menghargai batik lukisnya.