Kacamata hitam pesanan gak datang, kami akali dengan foto bekas rontgen (radiologi). Kami bikin sedemikian rupa, sehingga bisa dipakai saat  gerhana tiba.
Banyak orang yang penasaran, dan mereka bergantian ingin melihat lewat teleskop pinjaman kami. Kacamata bikinan kami "laris manis", orang yang sedang lewat sepulang dari sawah, atau pulang bekerja juga penasaran.
Mereka takjub dengan piranti kami yang sederhana namun bisa mengabadikan gerhana matahari yang buat kebanyakan orang takut terjadi apa-apa pada matanya.
Hawa panas karena saat gerhana posisi matahari di atas kepala, namun awan mendung beberapa kali lewat membuat kami ketar-ketir menyelamatkan peralatan kami.
Apapun hasilnya, kami bangga bisa berbagi kesenangan. Suku Matahari berbagi untuk menikmati matahari yang sedang gerhana. Hasil tidak maksimal karena mendung, dan kebetulan daerah Ponorogo dapat jatah "gerhana matahari sabit".
Terima kasih, Mas Fadli Rozi, terima kasih Warkop Malang, terima kasih Mas Danie atas makan siang buat kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H