Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

BRAy Kusumonarso, dan Refleksi Hari Ibu

25 Desember 2019   08:35 Diperbarui: 26 Desember 2019   08:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasih Ariyanto penjaga makam, bambu dan pohon asam yang masih dianggap keramat | dokpri

Kasih Ariyanto penjaga makam, bambu dan pohon asam yang masih dianggap keramat | dokpri
Kasih Ariyanto penjaga makam, bambu dan pohon asam yang masih dianggap keramat | dokpri
Pohon asam yang tumbuh di depan makam dipercaya rakit yang dipakai untuk melarung jasad, bambu yang tumbuh di depan makam dipercaya satang (kemudi rakit). Sehingga banyak peziarah yang meminta ruas bambu atau potongan ranting pohon asam tersebut. Konon kedua benda tersebut bertuah bisa dipakai apa saja, baik senjata atau azimat.

Pernah dulu oleh ayah pak Kasih Ariyanto (juru kunci lama) dikasih bambu, katanya kalau ada yang memusuhi taruh atau pendam bambu tersebut di pekarangan musuhnya. Katanya musuh tersebut akan pergi dari desa tempat tinggalnya. Atau musuhnya akan sakit-sakitan, semacam tenung santet.

Kyai Suyadi Ali saat di perjalanan pulang saat itu tersenyum menanggapi hal tersebut, semua milik Allah dan semua akan kembali ke Allah. Ilmu santet atau tenung tak ada gunanya diajarkan pada orang yang gak bakalan menyantet atau tenung. Ilmu hitam jadi ilmu putih bila digunakan untuk kebaikan, dan ilmu putih akan jadi ilmu hitam kalau tidak sesuai peruntukan kata guru saya kala itu sambil tertawa. 

Menurut Kasih Ariyanto, peziarah paling banyak malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon, pengunjung datang dari beberapa penjuru luar Wonogiri dan luar, bahkan luar provinsi. Menjelang pilkada, banyak calon pimpinan daerah yang berziarah berdoa agar hajatnya terkabul.

Raden Said, atau Pangeran Sambernyawa adalh cucu beliau. Nasionalisme beliau turun temurun pada generasinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun