Kehidupan ini seperti daun, kata Mbakyu Kantri. Tumbuh, bersemi, mengembang, menghijau, menguning, mengering, rontok diterpa angin, berserakan di tanah. Â
Tak pernah membenci angin karena menjatuhkannya. Ataupun menghindar saat ulat-ulat menggerogoti dirinya.
Beku Institute Challenge dua mingguan kali ini mengambil tema daun. Memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, yang mudah, murah, dan mudah di temukan dimana saja selama ada kehidupan.
Harus pinter-pinter mengambil komposisi biar bisa menangkap cerita.Harus pinter memanfaatkan moment, saat masih ada embun, ketika sehabis hujan, atau ketika terbawa air.
Harus jeli memanfaatkan sumber cahaya, dari depan atau belakang, dari atas atau bawah, dari samping kiri atau samping kanan, bahkan dari baliknya daun. Pakai flash bawaan atau sorot lampu jalanan dan sebagainya.
Harus kreatif bisa memanfaatkan benda disekitar obyek, sehingga bisa lebih dramatis.
Tak ada batasan, semua bebas berkreasi. Dikumpulkan dan dibahas bareng-bareng di layar TV yang segede gaban sponsor dokter Praminto.
Belajar hidup dari filosofi daun.Jadilah seperti daun, walau tak seindah bunga tapi ia tetap mempunyai peran yang lebih utama dari bunga, kata Nidhom Fauzi.
Daun adalah bagian penting bagi tumbuhan untuk melangsungkan hidupnya. Proses fotosintesis ibarat dapur tempat memasak dan dari dapur ini menyuplai makanan pada seluruh bagian tumbuhan.
Fotosintesis ini membutuhkan CO2 dan klorofil dengan bantuan sinar matahari maka menghasilkan O2 yang dibutuhkan bagi kehidupan.
Pada saat ia jatuh berguguran ia tetap memandang tunas-tunas yang tumbuh menggantikannya. Tugasnya memberi kehidupan kepada pohon tidak pernah purna meski ia telah jatuh dari dahannya.
Saat daun terjatuh ke tanah diripun masih bisa bermanfaat bagi kehidupan lainnya. Ia menjadi makanan cacing, menjadi humus yang memberikan mineral-mineral lain bagi kehidupan sang pohon.
Daun juga mengajarkan penerimaan, pengertian dan pemahaman yang indah jelas Nidhom Fauzi.
Tak selamanya hal menyedihkan dan menyakitkan menimbukan keburukan. Dengan penerimaan, pengertian dan pemahaman yang sederhana seperti takdir daun manusia akan menemukan kebahagiaan, sesuai perannya.
Begitupun pilihan menjadi fotograper, akan lebih sempurna bila bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Beruntung di Beku Institute ada orang romantis seperti mas Nidhom Fauzi, bisa uraikan sesuatu hal sederhana. Selembar daun yang tak berharga menjadi uraian khasanah kehidupan yang luar biasa.
Dari kiriman ratusan foto akhirnya terpilih beberapa foto yang istimewa. Terpilih lewat voting, lewat kesesuaian tema, dan hal yang menarik dari foto yang dikirimkan.
Alhamdulillah kali ini ada beberapa foto kiriman dari luar negeri. Dari Liverpool, dari Hongkong, dari Korea, semoga foto Challenge tentang trotoar bulan depan lebih heboh lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI