Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemelut Pasar Songgolangit Semakin Sengit

20 Februari 2019   14:02 Diperbarui: 20 Februari 2019   19:11 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak PT KAI kebakaran jenggot karena merasa pihak Pemda tidak berhak merobohkan bangunan permanen di lokasi bekas stasiun. Bangunan-bangunan permanen yang dibangun oleh pemilik uang dan disewakan dengan harga tinggi. Meski sejak awal kabarnya Pemda sudah memperingatkan untuk tidak membangun bangunan permanen, karena tak sesuai dengan peruntukan.

Pihak pedagang meriang, pihak Pemda dan PT KAI saling menantang sampai melontarkan pertanyaan untuk menempuh jalur hukum.  Para politisi menari kegirangan, tahun politik kesempatan untuk menggoreng issue. Alasan pasar darurat tak mampu menampung, alasan pasar darurat sepi, alasan pasar darurat tak represitatif.

Enggan beranjak karena merasa berhak
Enggan beranjak karena merasa berhak
Enggan direlokasi
Enggan direlokasi
Situasi pasar semakin kumuh dan berbau, apalagi puing-puing yang sudah roboh masih berserakan. Terutama saat musim penghujan begini.

Keinginan Pemda untuk  merevitalisasi pasar-pasar tradisional malah terganjal di pasar induk.

Lambat laun pasar tradisional akan tergerus bila kondisinya masih semrawut apalagi jorok. Pasar tradisional harus segera menyesuaikan karena kompetisi dengan pasar modern tak bisa dihindarkan. Kalau tidak bisa beradaptasi dan hanya memikirkan kepentingan sesaat pasti akan mati dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun