Dengan begitu ekposure bisa dikendalikan untuk low speed. Milkiway dan sunset tak kami dapatkan, namun kami harus maksimalkan hunting. Air laut semakin meninggi, bebatuan besar sudah mulai terendam, kami harus mundur kembali ke tenda tak mau ambil resiko dengan ganasnya gelombang pantai selatan.
Paginya setelah subuh kami kembali, namun air masih tinggi, gua yang disisi timur tak bisa kami jangkau ketika pasang. Jalan masuknya terendam air, meski bagian dalam aman. Tak jauh dari mulut gua ada kapal tongkang pembawa batubara untuk PLTU yang terdapar karena hempasan gelombang besar. Ini adalah tongkang kedua yang terdampar karena ganasnya gelombang laut selatan dalam setahun ini.
Kami yakin sebentar lagi pantai Pangasan ini akan menjadi tujuan pavorite, seperti halnya pantai Klayar yang lebih terkenal duluan. Ada Gunung Lanang yang mirip candi Prambanan, ada gua di pantai, ada hijaunya persawahan di bibir pantai, ada air terjun yang airnya langsung jatuh ke laut saat musim penghujan, ada kawanan monyet hutan yang hidup bebas berkeliaran.Â
Gunung Lanang ini menurut warga sekitar di sakralkan, banyak warga setempat maupun luar kabuapten yang melakukan ritual di tempat ini. Sedangkan gunung Ganjuran berada di sisi timur, yang mirip gugusan gunung memanjang.
"Dibantu promosi nggih mas, lewat foto-fotonya..." pinta kepala desa saat kami berpamitan pulang menuju tempat parkir motor. Kepala desa berharap desanya bisa berkontribusi buat wisata Indonesia seperti daerah-daerah di Pacitan lainya.Â
Dia yakin tempat wisata panta Pangasan ini bisa bersaing dengan pantai-pantai lain di Pacitan, hanya saja kondisi akses jalan saat ini yang menjadi persoalan. Dia memperkirakan dengan jalan yang dibuat swadaya oleh warganya, kendaraan roda dua bisa menjangkau lebih dekat, nantinya bisa tinggal jalan 500 an meter, dan bertahap kendaraan bisa mendekati bibir pantai. Masyarakatnya juga bersukarela merekan kebun atau sawahnya untuk disumbangkan buat pelebaran jalan.
Kami akan datang lagi, dengan persiapkan dengan matang. Kami belum puas, butuh waktu 3-4 hari menyelusuri pantai-pantai Pacitan yang masih belum mainstrems. Kami harus rencanakan matang, dan Pegipegiyuk sangat membantu.Â
Tak perlu ribet untuk pesan hotel, mengekplour pantai-pantai Pacitan butuh waktu 3-4 hari mau tidak mau harus nginap. Seperti Kalong, saat yang lainya pulang kami harus berangkat pergi.Â
Saat yang lainya pergi kami harus tidur. Jadi hotel kami pakai di siang hari, sore menjelang senja sampai matahari terbit kami harus mengejar moment. ganasnya ombak yang menyambar kamera saya, tak membuat kapok datang lagi. beruntung setelah hampir sebulan kamera saya di servis sudah siap berangkat lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H