"Ruangan ini non AC, dilarang bawa emosi biar tidak gerah." Kata Robby membuka diskusi.
Menurut Robby, Srimbek adalah pelacur bisu tuli legendaris di Madiun tahun 70 an, sampai saat ini masih hidup dipinggiran kota Madiun. Pelacur yang menjadi pahlawan anak-anaknya, pelacur yang menjadi tulang punggung keluarganya.
Monolog Teater "Srimbek" mengharap atas semua ridhlo Gusti Allah. Srimbek mengatakan pesan pada pribadi manusia bahwa sejatinya semua orang pernah melacurkan diri.
"Apakah kita bisa mengingat bahwa pelacuran itu tidak mengenal jenis kelamin, status sosial predikat seseorang, dan sebagainya." Ujar mas @maskaji_lege.
Banyak pelacur di jaman sekarang ini dan mereka bersembunyi dibalik topeng. Sok suci dan bersih kata Mohammad Herdianto. Menurutnya banyak orang yang menjadi penjilat untuk kepentingan sesaat dan merugikan kepentingan umum dan orang lain tak ubahnya seperti pelacur.
Orang yang bekerja tidak sesuai dengan nurani adalah bentuk pelacuran juga kata mas Agus. Korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah bentuk pelacuran yang lebih ngeri dibanding dengan apa yang dilakukan Srimbek.
Aplous panjang buat pentas dadakan ini, dan berharap sering-sering diadakan. Saling berdiskusi, sambil ngopi, saling interaksi kata mas Nugroho yang juga berkompeten di dunia kopi.
Jangan keburu mengadili pada setiap apa yang terjadi, jangan mudah menyalahkan paham orang lain yang tak sepaham. Belajar memahami orang lain agar tidak gampang salah paham.
Srimbek, pelacur legendaris tak seburuk kutukan orang kebanyakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H