Setelah hampir seminggu pencarian korban tenggelam di Sungai Sekayu Ponorogo, sore tadi mulai menemukan titik terang. Telah diketemukan sesosok mayat laki laki, pada pukul 3-an sore.
Lokasi Sungai Sekayu dalam wilayah kelurahan Pinggirsari, lebih kurang 2-3 km dari lokasi tenggelamnya korban.
Korban mengalami celaka saat bersama tiga temannya memancing di sungai Sekayu daerah Mancaan. Saat itu temannya yang bernama Wedi Wicaksono terpeleset dan jatuh ke sungai. Khoirul Syamsi berusaha menolong, temannya berhasil ditolong namun dia malah terbawa arus yang saat itu tiba-tiba air menjadi besar.
Saat itu juga warga sekitar, BPBD Ponorogo, aparat kepolisian dan TNI berusaha menyisir namun tidak membuahkan hasil. Keesokan dan lusa harinya diulangi belum juga menemukan tanda-tanda. Dan baru sore tadi ditemukan warga yang sedang melintas di dekat sungai.
Menurutnya, korban baru dilepaskan bila sudah 7 hari, entah kebetulan atau bagaimana ternyata benar adanya pada kejadian ini. Kalau tidak begitu korban tidak bakalan diketemukan.
Berbeda dengan korban yang tenggelam di daerah sebelum melintasi daerah sungai ini karena cuma lewat, jelasnya lagi. Seperti kejadian sebulan lalu ada orang tenggelam di daerah Sambit cuma melewati sungai ini dan diketemukan di daerah Ngawi.
Menurut pak Nasir sekitar 100 meter dari lokasi mancing adalah pertemuan tiga sungai besar di Ponorogo, orang menyebutnya tempuran. Masyarakat meyakini ini daerah angker, sudah beberapa kali kejadian hal aneh di daerah ini.
Tempat ini diyakini kerajaan dunia halus, sering disalahartikan untuk mencari pesugihan. Padahal dulu merupakan tempat orang mengasingkan diri untuk bermunajat menjauhkan diri dari keduniawian. Masyarakat sekitar masih menghormati tempat ini, mereka meyakini kalau tidak menggangu tentu tidak akan diganggu, itulah dalam hidup.
Untuk itu masyarakat sekitar seringkali mengingatkan pemancing untuk berhati-hati dalam segala hal waktu memancing. Agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Begitupun kendaraan yang lewat daerah ini untuk membunyikan klakson, mungkin sebagai ucapan permisi, jelas Nasir.
Entahlah ada hubungannya atau tidak peristiwa ini tentu bisa diambil hikmahnya untuk hidup saling menghargai, baik sesama yang nampak maupun makhluk yang tidak nampak.