Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cumbri, Bukit Pemisah Dua Provinsi

11 Januari 2017   21:30 Diperbarui: 12 Januari 2017   23:18 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok kami terbagi 4 kelompok, berdasarkan stamina. Yang staminanya bagus akan terus melaju agar segera sampai puncak. Semakin ke belakang semakin berkurang tenaganya. Tak tahu berapa ratus meter jalan yang sudah tertempuh, hanya saja kata orang-orang ketinggian bukit Cumbri ini 638 model.

Tanaman jambu mente sudah tidak nampak lagi, tinggal dinding batu di kanan kami dan kurang dari lembah raksasa yang menampakkan bintang-bintang gemerlapan dari lampu penerangan dari nun jauh. Terpaan angin mulai terasa, tak ada lagi tanaman atau pepohonan yang menghalangi sehingga dingin mulai terasa.

Kami harus semakin waspada karena jalan mirip tangga. Tangga kecil-kecil yang licin, terpeleset sedikit masuk jurang yang dalamnya ratusan meter. Setelah melewati batu besar akhirnya sampai juga, suasana masih gelap hanya kerlap-kerlip lampu nun jauh di sana yang mirip bintang-bintang. Yang tadinya hanya di kiri sekarang berada di kanan-kiri. Menurut Shandy, daerah yang nampak di depan dan di kiri tersebut adalah wilayah Kabupaten Ponorogo, sedang yang berada di samping kanan adalah dan belakang adalah wilyah Kabupaten Wonogiri.

gagal mengejar sunrise, tergantikan kabut yang mirip ombak yang menenggelamkan bukit karang
gagal mengejar sunrise, tergantikan kabut yang mirip ombak yang menenggelamkan bukit karang
Ada kesempatan buat kami untuk mengeluarkan dan menata kamera. Semburat merah yang kami harapkan belum juga muncul. Mendung tipis sedang menyelimuti langit di kejauhan. Sepertinya harapan kami mengejar matahari terbit harus diulang lagi di lain waktu. Tapi kami tidak menyerah. Sering kali matahari dan semburat merah yang kami tunggu tiba-tiba muncul begitu cepatnya, 1-5 menit sehingga kamera selalu terpasang pada tripod mengarah ke daerah langit yang lebih terang.

Hari semakin terang, semburat merah dari sunrise yang kami tunggu tak juga datang. Mendung tipis pun perlahan datang, menyelimuti gunung-gunung kecil dan lembah yang ada di bawah bukit Cumbri. Makin lama kabut tersebut menutupi penuh gunung-gunung kecil tersebut, mirip-mirip ombak di samudera yang menenggelamkan bebatuan karang atau pulau-pulau kecil.

gunung, perbukitan dan lembah yang terihat dari bukit Cumbri
gunung, perbukitan dan lembah yang terihat dari bukit Cumbri
batu besar di bukit Cumbri sebelah bawah bisa menjadi fourground
batu besar di bukit Cumbri sebelah bawah bisa menjadi fourground
Luar biasa, mungkin ini pengganti sunrise, kabut halimun tersebut mirip lautan yang ombaknya mengitari tempat kami berdiri. Rasa kecewa kami terobati dengan pemandangan ini. Semakin siang, kabut tersebut semakin menyebar dan akhirnya hilang. Bersamaan dengan itu, bukit Cumbri semakin ramai dengan datangnya pengunjung yang akan menikmati pemandangan dari atas Gunung Cumbri.

Puncak bukit Cumbri ini terbagi dua gundukan, yang satu berupa batu besar dari batu ini bisa dinikmati pemandangan view Ponorogo. Sedangkan yang lebih tinggi bisa menikmati view Ponorogo dan Wonogiri. Namun, posisi bukit Cumbri lebih menghadap ke arah Ponorogo, atau ke arah timur. Alasan itulah bukit Cumbri lebih cocok untuk mengejar sunrise dari arah Ponorogo.

Puaskanlah selfie, memotret landscape, menunggu sunrise, menikmati lembah yang berkelok, menikmati gunung-gunung kecil di bawah Cumbri yang mirip batu pada samudera, menikmati kabut yang mirip ombak di lautan.

narsis di bukit Cumbri, Pict Daniel
narsis di bukit Cumbri, Pict Daniel
matahari yang enggan keluar, pict Daniel Beku
matahari yang enggan keluar, pict Daniel Beku
Sempat terjadi perdebatan dari netizen di dunia sosial media pada tahun 2015-an, awal-awal bukit Cumbri dikenal di sosial media. Tentang siapa yang berhak atas Cumbri, dari sisi view milik Ponorogo, dari sisi geografis wilayah ikut Wonogiri. Dari sisi akses jalan jalur pendakian dari Ponorogo lebih enak, pendek, dan lebih cepat. Kendaraan bisa mencapai titik terdekat. Mungkin mirip gunung Kelud, Gunung Lawu, Gunung Bromo yang sempat menjadi polemik.

Saya sempat bertanya pada Pak Sarno warga Pager Ukir (Ponorogo) ketika sudah turun waktu mengambil kendaraan tentang polemik di media sosial ini.

“Oalah mas Cumbri niku gadahane Indonesia, sanes gadahane wong Sampung nggih sanes gadahane tiyang Purwantoro,” jawab Pak Sarno, Cumbri itu milik Indonesia bukan milik orang Ponorogo atau Wonogiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun