Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Srawung Ponoragan, Bentuk Kerinduan Pada Kota Kelahiran

5 Januari 2017   22:27 Diperbarui: 6 Januari 2017   10:48 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain diisi kegiatan seni budaya, Srawung Ponorogan juga dimaksudkan untuk mengugah kepedulian warga beserta pemerintah tentang pentingnya ruang publik, ruang hijau, ruang bersih di mana menjadi fasilitas umum yang menjadi tangung jawab bersama. Pemerintah yang menyediakan dan masyarakat pengguna ikut menjaga. Bagaimana budaya membuang sampah, menjaga pepohonan agar tetap tumbuh, menjaga tanaman dan fasilitas yang tersedia. Seperti norma yang tak tertulis, siapa saja yang masuk taman kota harus menaati kaidah itu. Dengan demikian pengunjung akan nyaman dan betah apalagi diisi dengan kegiatan seni budaya yang melibatkan dari beberapa tingakatan umur.

Gayung bersambut kegiatan Srawung Ponoragan ini mendapat dukungan dari pemerintah,

Setiap acara selalu dihadiri oleh wakil dari birokrasi khususnya dinas pariwisata.

Kegiatan ini juga menjadi ajang aktualisasi dari penggiat seni, mulai dari tingkat SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi bahkan sampai para budayawan yang masuk usia senja. Para seniman luar daerah, seniman Ponorogo yang berdomisili di luar Ponorogo juga ikut andil memeriahkan dan menyukseskan kegiatan ini.

“Ponorogo Adalah Rindu”, bentuk kepedulian akan tetek bengek yang berhubungan dengan Ponorogo.

beksan Srikandi suradewati, mahasiswa Yogyakarta
beksan Srikandi suradewati, mahasiswa Yogyakarta
Kepedulian juga datang dari Mahasiswi Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta, mereka adalah Deasy Ayu dan Hanik Fatmawatul yang asli Ponorogo. Mereka menyumbangkan tarian “Beksan Srikandi Suradewati”.

Beksan ini merupakan salah satu tari klasik asal Yogyakarta yang cerita didalamnya diambil dari Serat Mahabarata. Tari ini menceritakan tentang peperangan antara Dewi Srikandhi dan Dewi Suradewati. Suradewati merupakan adik dari Prabu Dasalengkara yang menginginkan Dewi Siti Sendari sebagai istrinya. Namun pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah terlebih dahulu dijodohkan dengan Raden Abimanyu. Suradewati yang diutus oleh kakaknya untuk meminang Dewi Siti Sendari yang berada di pihak Raden Abimanyu.

Akhirnya dalam peperangan tersebut Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir dengan kemenangannya, sementara Dewi Suradewati takluk dalam kekalahannya.

cah kemlelet, group band
cah kemlelet, group band
teathre, situasi sekarang yang mirip rumah sakit jiwa
teathre, situasi sekarang yang mirip rumah sakit jiwa
Ki Dalang Purbo Sasongko, foto Shandy
Ki Dalang Purbo Sasongko, foto Shandy
biola-biola cilik, foto Shandy
biola-biola cilik, foto Shandy
Group Musik Keroncong Cah Kemlelet, group anak kos yang ada di Ponorogo ini menampilan lagu-lagu berirama keroncong. Aliran musik yang sangat jarang digeluti terutama oleh anak muda. Luar biasa mereka membawakanya dengan apik

Ada yang unik tapi menarik tentang penampilan wayang kulit oleh Ki dalang Purbo Sasongko, meski dalam batasan waktu bisa menampilkan cerita Rahwana si tokoh antagonis yang kejam lagi sakti mandraguna itu dihadapkan pada konflik cinta dan asmara. Cerita pendek yang menggelitik bahwa cinta atau konflik cinta bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Begitu juga Rahwana bisa dilanda Konflik Cinta.

Masih ada geguritan, permainan biola, grup band lokal yang semakin membuat semarak suasana dan membuat penonton berkali-kali memberi applause.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun