Sebentar kemudian pak Fendi sudah akrab dengan sesama pembeli kopi. Saya melihat halus tutur katanya dengan kehati-hatian dalam bicara, namun tak mengurangi keakrabannya.
“Sopo mas ?” Tanya pak Bagyo yang barusan ngomong banyak dengan pak Fendi.
“Tamu dari Jakarta pak Bag..” jawab saya. Kata pak Bagyo pak Fendi menanyakan pasar mana yang ramai hari itu.
Setelah selesai minum kopi dan mencicipi jadah bakar kami segera berpamitan pada pemilik warung dan para pembeli yang ada di sekitar kami.
“Kita kemana pak?” tanya saya.
“Langsung pasar burung aja mas...” jawabnya. Rupanya pak Bagyo tadi sudah memberi tahu pasar mana yang sedang pasaran.
Segera saya carikan becak untuk beliau berdua, sementara saya dan istri mengikuti dengan motor.
[caption caption="memotret unggasctanpa membuat takut unggas"]
Sesampai di pasar burung beliau asyik menyapa para penjual dan pengunjung. Sementara beliau terus memainkan kameranya, tanpa mengganggu orang yang diajaknya bicara. Begitu juga ketika melewati tempat unggas, beliau langsung memotret tapi tak terkesan memotret. Luar biasa beliau memotret burung tapi burungnya tetap saja diam tidak menyadari kedatangan pak Fendi.
Saya penasaran segera mengeluarkan kamera, baru saja akan memotret burung-burung yang di sangkar kelabakan. Pak Fendi pakai doa rapalan?? Wakakaka
[caption caption="pak Fendi lelaki berkalung kamera"]