“Dalam karawitan, permainan antara satu dengan yang lain sangat memengaruhi estetika, luar biasa anak seusia ini mampu menampilkan tembang yang apik di usia mereka” kata Panoto salah satu penonton yang jauh-jauh datang dari Solo menyempatkan lihat lomba.
Sindu Prawoto di sela-sela kesibukannya menjadi panitia menuturkan, beruntung hampir semua sekolahan di kabupaten Ponorogo mempunyai fasilitas peralatan gamelan. Ada guru senior yang siap mengajar siswanya, dan pihak dinas pendidikan membantu menyalurkan orang-orang yang sudah ahli untuk membantu sekolahan yang kekurangan tenaga pengajar.
Untuk satu group terdiri 25 anak sudah termasuk kesepuluh pesindennya. Pada awalnya sulit luar biasa untuk mengajar anak SD, satu persatu anak beda tugas dan beda kemampuan. Tapi dengan keuletan group bisa terbentuk. Bakat dan minat lebih memudahkan dalam mencerna pelajaran seni dibanding logika, ujar Pardi salah satu guru yang mendampingi siswanya mengikuti lomba.
Sampaii tulisan ini dipublikasikan belum bisa didapatkan sekolahan mana yang memenangkan perlombaan. Menang kalah urusan belakangan, kepedulian pada seni budaya adalah sesuatu yang luar biasa, terutama di usia anak-anak. Anak adalah kekuatan bangsa yang kelak menjadi penerus bangsa. Kerawitan ini salah satu cara mempersiapkan mereka.
#HariJadiPonorogo520
#PonorogoAdalahRindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H