[caption caption="Hari pertama masuk sekolah, orang tua masih menungguinya "]
Malah lebih konyol lagi dulu Zaky ketika di play group dan TK A harus ditunggui di sekolah. Bahkan selama di play group saya harus ikut di dalam kelas ikutan diajar. Bila saya memaksa keluar si bungsu akan menangis dan mogok. Untung dulu saya bekerja shif-shifan sehingga lebih leluasa menunggui si bungsu di sekolah. Baru di pertengahan TK A saya punya akal, ketika Zaky menangis karena tidak mau ditinggal. Saya nekat pulang, Zaky mogok ikut pulang dan ketika melewati sungai  pura-pura saya ancam, akan saya lempar ke sungai kalau masih saja harus ditunggui di kelas. Sejak saat itu Zaky sudah terbiasa ditinggal tanpa harus ditunggui. Tinggal antar dan jemput. Paginya  Zaky ditanya gurunya mengapa kok tidak ditunggui lagi?  Jawaban Zaky membuat guru gurunya tertawa.
Ada pelajaran berharga selama ikut dalam kelas lebih 2 tahun, saya tahu seberapa kemampuan anak saya dalam mencerna pelajaran, bagaimana guru mengajar dan bagaimana nanti di rumah kami menjiplak cara guru. Bagaimana pergaulan sesamanya, tahu bakat minat anak. Yang tak kalah penting saya akrab dengan semua penghuni sekolah dan para orang tua yang anaknya berkelakuan mirip Zaky yang mogok.
Kesibukan, pekerjaan, acuh tak acuh, dari orang tua di-charge ulang oleh kementerian pendidikan. Tentu pak Baswedan tahu trend dari orang tua didik akhir-akhir ini. Kalau para orang tua peka tentunya akan tersentuh oleh seruan ini. Sesibuk apapun sempatkanlah meski hanya dalam setahun sekali dalam mengantar anak. Biar mereka punya kebanggaan pada teman-teman, ini lo orang tuaku. Paling tidak keharmonisan keluarga bisa nampak.
Inilah pengalaman saya di hari pertama masuk sekolah, mana pengalaman anda??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H