Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sentilan Pak Baswedan Buat Orangtua di Hari Pertama Masuk Sekolah

18 Juli 2016   19:30 Diperbarui: 19 Juli 2016   17:24 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="mengantar sampai gerbang sekolah di hari pertama masuk sekolah "][/caption]

Gerakan mengantar anak masuk sekolah hari pertama dari kementerian pendidikan begitu riuh. Jalan Bali tempat Zaky sekolah macet dibuatnya. Pihak sekolah sudah berusaha memecah kemacetan dengan satu arah, dari timur ke barat tapi kemacetan tak bisa dihindari.

Gegap gempita begitu nyata, terutama bagi mereka yang mempunyai anak yang baru masuk kelas 1. Peralihan dari TK ke SD perlu adaptasi, banyak diantara anak-anak yang belum berseragam ini menangis minta ditunggui orangtuanya. Halaman sekolah dipenuhi orang tua pengantar sehingga sedikit mengganggu jalannya upacara bendera hari Senin.

Sebenarnya peristiwa seperti ini rutin saban tahun ketika hari pertama masuk sekolah. Begitu juga yang saya alami ketika Zaky masuk SD setahun yang lalu.

Meski begitu sentilan dari kementerian pendidikan ini sungguh sanggup menggerakkan para orang tua untuk lebih peduli pada anak-anaknya. Para orang tua heboh untuk menyempatkan diri mengantar anaknya di hari pertama masuk sekolah. Ibarat perapian kementerian pendidikan menyulut sumbu, dan api-pun membakar emosi para orang tua untuk ikut peduli.

 "Ini lo... pendidikan itu tanggung jawab bersama, jangan asal lempar tanggung jawab pada guru..." mungkin gerakan ini kalau diterjemahkan bunyinya begitu.

"Tuh lihat... betapa beratnya guru mendidik anakmu, bantu dong..." mungkin juga begitu.

"Tuh lihat copyanmu... jangan asal salahkan guru kalau copyanmu nakal...." wakakaka mungkin juga begitu.

Seruan dari kementerian ini mengingatkan kita tentang peristiwa yang masih hangat. Peristiwa tentang perseteruan antara guru dan pihak orang tua. Menteri Baswedan seorang guru tentu gundah gulana ketika orang seprofesinya menjadi bulan-bulanan. Saya pun akan berbuat sama ketika teman seprofesi menghadapi masalah hukum karena pekerjaan. Terutama sesuatu yang prinsip-prinsip dalam pekerjaan.

Saya tak terlalu berandai-andai tentang dampak seruan menteri Baswedan ini, saya pribadi merasa tersentuh ada sesuatu yang kurang bagi saya sebagai orang tua. Saya diingatkan ini lo tugas orang tua, ini lo cara menanamkan kasih sayang di keluarga, ini lo yang harusnya dilakukan seorang ayah atau ibunya.

Bagi saya mengantar anak ke sekolah adalah hal biasa, suatu rutinitas yang musti kami kerjakan saban hari. Pagi sekali kami bersiap, saya bersiap ngantor, istri saya bersiap ngantor, begitu juga Zaky si bungsu harus bersiap bersekolah pula. Kami dalam satu rute, pertama ke sekolah Zaky dulu, baru menurunkan istri di halaman kantornya, dan baru saya menuju kantor saya sendiri.

[caption caption="Hari pertama masuk sekolah, orang tua masih menungguinya "]

[/caption]

Malah lebih konyol lagi dulu Zaky ketika di play group dan TK A harus ditunggui di sekolah. Bahkan selama di play group saya harus ikut di dalam kelas ikutan diajar. Bila saya memaksa keluar si bungsu akan menangis dan mogok. Untung dulu saya bekerja shif-shifan sehingga lebih leluasa menunggui si bungsu di sekolah. Baru di pertengahan TK A saya punya akal, ketika Zaky menangis karena tidak mau ditinggal. Saya nekat pulang, Zaky mogok ikut pulang dan ketika melewati sungai  pura-pura saya ancam, akan saya lempar ke sungai kalau masih saja harus ditunggui di kelas. Sejak saat itu Zaky sudah terbiasa ditinggal tanpa harus ditunggui. Tinggal antar dan jemput. Paginya  Zaky ditanya gurunya mengapa kok tidak ditunggui lagi?  Jawaban Zaky membuat guru gurunya tertawa.

Ada pelajaran berharga selama ikut dalam kelas lebih 2 tahun, saya tahu seberapa kemampuan anak saya dalam mencerna pelajaran, bagaimana guru mengajar dan bagaimana nanti di rumah kami menjiplak cara guru. Bagaimana pergaulan sesamanya, tahu bakat minat anak. Yang tak kalah penting saya akrab dengan semua penghuni sekolah dan para orang tua yang anaknya berkelakuan mirip Zaky yang mogok.

Kesibukan, pekerjaan, acuh tak acuh, dari orang tua di-charge ulang oleh kementerian pendidikan. Tentu pak Baswedan tahu trend dari orang tua didik akhir-akhir ini. Kalau para orang tua peka tentunya akan tersentuh oleh seruan ini. Sesibuk apapun sempatkanlah meski hanya dalam setahun sekali dalam mengantar anak. Biar mereka punya kebanggaan pada teman-teman, ini lo orang tuaku. Paling tidak keharmonisan keluarga bisa nampak.

Inilah pengalaman saya di hari pertama masuk sekolah, mana pengalaman anda??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun