[caption caption="mengantar sampai gerbang sekolah di hari pertama masuk sekolah "][/caption]
Gerakan mengantar anak masuk sekolah hari pertama dari kementerian pendidikan begitu riuh. Jalan Bali tempat Zaky sekolah macet dibuatnya. Pihak sekolah sudah berusaha memecah kemacetan dengan satu arah, dari timur ke barat tapi kemacetan tak bisa dihindari.
Gegap gempita begitu nyata, terutama bagi mereka yang mempunyai anak yang baru masuk kelas 1. Peralihan dari TK ke SD perlu adaptasi, banyak diantara anak-anak yang belum berseragam ini menangis minta ditunggui orangtuanya. Halaman sekolah dipenuhi orang tua pengantar sehingga sedikit mengganggu jalannya upacara bendera hari Senin.
Sebenarnya peristiwa seperti ini rutin saban tahun ketika hari pertama masuk sekolah. Begitu juga yang saya alami ketika Zaky masuk SD setahun yang lalu.
Meski begitu sentilan dari kementerian pendidikan ini sungguh sanggup menggerakkan para orang tua untuk lebih peduli pada anak-anaknya. Para orang tua heboh untuk menyempatkan diri mengantar anaknya di hari pertama masuk sekolah. Ibarat perapian kementerian pendidikan menyulut sumbu, dan api-pun membakar emosi para orang tua untuk ikut peduli.
 "Ini lo... pendidikan itu tanggung jawab bersama, jangan asal lempar tanggung jawab pada guru..." mungkin gerakan ini kalau diterjemahkan bunyinya begitu.
"Tuh lihat... betapa beratnya guru mendidik anakmu, bantu dong..." mungkin juga begitu.
"Tuh lihat copyanmu... jangan asal salahkan guru kalau copyanmu nakal...." wakakaka mungkin juga begitu.
Seruan dari kementerian ini mengingatkan kita tentang peristiwa yang masih hangat. Peristiwa tentang perseteruan antara guru dan pihak orang tua. Menteri Baswedan seorang guru tentu gundah gulana ketika orang seprofesinya menjadi bulan-bulanan. Saya pun akan berbuat sama ketika teman seprofesi menghadapi masalah hukum karena pekerjaan. Terutama sesuatu yang prinsip-prinsip dalam pekerjaan.
Saya tak terlalu berandai-andai tentang dampak seruan menteri Baswedan ini, saya pribadi merasa tersentuh ada sesuatu yang kurang bagi saya sebagai orang tua. Saya diingatkan ini lo tugas orang tua, ini lo cara menanamkan kasih sayang di keluarga, ini lo yang harusnya dilakukan seorang ayah atau ibunya.
Bagi saya mengantar anak ke sekolah adalah hal biasa, suatu rutinitas yang musti kami kerjakan saban hari. Pagi sekali kami bersiap, saya bersiap ngantor, istri saya bersiap ngantor, begitu juga Zaky si bungsu harus bersiap bersekolah pula. Kami dalam satu rute, pertama ke sekolah Zaky dulu, baru menurunkan istri di halaman kantornya, dan baru saya menuju kantor saya sendiri.