Guntur mengiyakan, hampir satu bulan dia berpameran di Surabaya di Graha Sampoerna bersama teman sesama penggiat batik lukis. Pameran tersebut tak hanya bentuk apresiasi diri namun berarti secara ekonomi merupakan daya tarik tersendiri. Banyak penghobi batik yang melelang karya seninya untuk dijadikan koleksi.
"Maaf untuk batik lukis seperti ini dihargai berapa?" tanya santriwati. Mendengar pertanyaan itu sosok pengajar di SMUN 1 Kauman Ponorogo itu menjawab sambil tersenyum, dia menuturkan batik lukis yang ditunjuk santriwati tersebut dihargai 15 juta dan sudah dipesan orang tingal diambil. Rata-rata karyanya dibeli kisaran 5-10 juta.
"Ini batik yang buat koleksi seni, sedang yang untuk fasion ya ndak sampai segitu paling 500-2 jutaan..." jawab Guntur yang membuat para santriwati terperangah.
Banyak batik lukis yang menurut Guntur gagal namun buat kolektor seni malah menjadi sesuatu yang lebih. Banyak batik lukis yang dianggap tidak jadi tersebut digudangkan namun malah menjadi pilihan pembeli.
"Seni itu lucu, terkadang menurut kita tak berarti tapi menurut orang lain bernilai tinggi, jadi intinya jangan berkecil hati... apapun yang terjadi teruslah ber-seni biar orang lain yang menilai......" kata Guntur mengapresiasi pertanyaan santriwati.
Guntur Sasono tidak mengira ada pondok pesantren  yang mengajarkan seni. Menurut Guntur Sasono baru kali ini dia melihat dan membuktikan sendiri pondok pesantren mengajarkan seni dikiranya hanya melulu mengajarkan pelajaran beragama.Â
Guntur berharap semoga apa yang dilihat, dirasakan, dan didapat di gerainya bisa menjadi modal untuk kehidupan santriwati di masa mendatang. Guntur Sasono sangat terbuka kepada siapa saja, atau pihak mana saja yang sudi belajar di gerainya, terutama para pelajar atau mahasiswa seperti santriwati Pondok Pesantren Gontor Putri ini.Â
Ponorogo, 28 Mei 2016
#‎90NTOR‬ ‪
#‎MiladGontor90‬ ‪
#‎Beku‬ ‪
#‎PonorogoAdalahRindu‬ ‪
#‎90TahunGontor‬Â