“Inia aja ada Vario baru, Vario 150 SP yakin cocok buat mas kegiatan mas Nanang coba nanti bandingkan sama motor lakiknya….” Tawar mas Wildan.
“Ya sudah nurut, kalau menurut mas Wildan bagus aku nurut, tapi uangku cuma 5 juta lo…..” jawab saya lagi.
“Wis beres, tak kasih harga net jangan ditawar lagi, kami atur untuk 1 tahun 1,5 jutaan per bulan ya..” kata mas Wildan.
“Oke mas, nanti soal surat menyurat serta administrasi langsung temui istri saya mas…” kata saya sepakat.
Keluarga kami dengan keluarga mas Wildan sudah kenal dekat, kamera yang bikin kami sering bersama.
Sorenya motor sudah dikirim, namun yang ada di rumah anak perempuan saya. Dia yang menerima, dan dia yang diajari bagaimana menggunakan Vario 150 SP tersebut. Dia pakainya kemana-mana dengan surat jalan sementara dari kepolisian yang disertakan oleh pihak Putra Rama Jaya. Warna putih dipilihnya karena saya seorang perawat dan istri saya bidan, mungkin itu yang menjadi alasan mas Wildan memilihkan warna putih.
“Pah motornya aku pakai yang Vario 150 SP ini ya, bagasinya lebih gede bisa muat helm dan bawaan….” Rayu anak perempuan saya dari telepon. Dia bisa membedakan lebih nyaman Vario 150 SP daripada Honda Beat yang baru dipakainya ketka masuk kuliah dulu. Selama kuliah dia sudah kehilangan helm 3 kali di kampusnya.
“Jangan dibawa dulu ke Surabaya, STNKnya belum keluar….” Jawab saya memberi alasan.
Tiga hari kemudian saya pulang ke Ponorogo karena kegiatan di Yogyakarta libur kalau hari Minggu.
Sekilas body dan bentuknya sama dengan motor Vario 125 pada umumnya, hanya terlihat lebih garang mungkin bodynya lebih tinggi. Ada logo vario yang timbul di samping kanan-kiri, bukan gambar strip dan inilah yang bikin kesan elegan, lebih netral polos. Itulah sekilas yang terlihat kali pertama melihat Honda Vario 150 eSP.
Paginya jam 4 pagi saya harus segera berangkat kembali ke Yogyakarta. Sebelumnya saya lebih mengandalkan Honda GL Pro, kali ini ingin membandingkan bagaiman perbandingan performanya, sekilas 150 cc dibanding 160 cc. Perkiraan perjalanan Ponorogo-Yogyakarta 3,5 jam melalu jalur Ponorogo-Wonogiri-Krisak-Srowot-Prabanan-Yogyakarta. Jalur yang komplit antara tanjakan, tikungan, trek lurus serta jalanan yang rusak melewati daerah berbatu, persawahan. Berangkat jam 4 pagi dengan harapan jam 7:30 sampai di tempat tujuan. Begitu keluar rumah langsung mampir SPBU isi bahan bakar dengan pertalite, tak tahu berapa kapasitas tangkinya memuat bahan bakar.