"Tapi sampeyan ndak bakalan bisa menyuruh hujan turun sebelumnya..." candanya. Pada intinya moment tak pernah datang lagi, mengabadikan moment lebih penting dari bicara keindahan mungkin itu dari isyarat yang saya simpulkan.
[caption caption="biru dan kuning jalanan sudut kota Gede setelah hujan reda"]
Keesokan harinya saya bertemu mas Iskandar Zulkaernaen di sela-sela kegiatan Kompasiana-nya di salah satu hotel di Yogyakarta. Dalam kesempatan makan siang sebelum acara, mas Jet mengatakan mengunggahfoto di ruang publik diperbolehkan. Kecuali untuk foto anak-anak ada aturan khusus yang mengaturkan. Mas Jet malah tertawa ketika saya ceritakan peristiwa yang semalam saya lakukan.Â
"Pemburu rempah-rempah...." salah satu teman saya menyebut saya, yang suka memotret ditempat gita dimalam hari.
"Cakep om kalau fotonya bisa berserita kayak gitu...itu modelfoto jurnalistik.." jelasnya.
Tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur. Ini merupakan ilmu baru bagi saya. Tentang apa tujuan motret, apa yang ditonjolkan, dan pesan apa yang akan disampaikan, dan bukan soal keindahan. Jadi bukan soal asal njepret.
"Yen nggur mota-moto ndak wani numpak yo kecut mas...." saya mengulangi apa yang dilontarkan perempuan yang ada di kota Gede malam itu. Mas Jet dan teman-tema yang hadir tertawa, menertawakan saya dikira ndak doyan perempuan.
Terima kasih mas Rob Januar, terima kasih mas Iskandar Zulkarnaen, terima kasih teman-teman K-Jogja atas keramahanya.
*)terus njepret