Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan Pengunjung Makam Kuno Kota Gede Pada Malam Jumat Kliwon

13 Maret 2016   17:52 Diperbarui: 13 Maret 2016   18:58 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pintu Gerbang ke Makam Kuno Kota Gede. Dokpri"][/caption]

Yogyakarta, 10 Maret 2016

Suasana mistis terasa begitu ketika memasuki area parkir makam kuno Kota Gede. Banyak kendaraan roda 4 dengan plat nomor luar Yogyakarta yang diparkir sebelah luar. Sepeda motor lebih mendominasi, dan motor tersebut kebanyakan berplat AB (kendaraan Yogyakarta dan sekitarnya). Suasana ramai oleh riuhnya para pedagang (pemilik warung) yang menawarkan dagangannya. Para perempuan pemilik warung tersebut bisa dibilang sudah di atas setengah baya. Dandanannya sedikit menor, tak sedikit pula diantaranya sambil merokok ketika merayu pembeli yang akan masuk komplek makam.

"Wedangan disik mas, njero ora ono warung..." kata salah satu mereka, dia merayu saya untuk mampir dulu untuk menikmati minuman yang dijualnya karena di dalam komplek makam tidak ada penjual minuman.

Saya tidak menjawab hanya mengangguk dan terus berlalu setelah memarkir motor.

Banyak lelaki yang berpakaian adat jawa di luar komplek makam sebelum pintu gerbang. Lelaki tersebut di kelilingi beberapa pengunjung, mirip seperti melayani klien atau pasien. Klien terebut kebanyakan perempuan-perempuan setengah baya (berusia diatas 30-an tahun). Sambil berlalu terus masuk ke dalam saya lihat pengumuan pada papan kayu yang isinya himbauan supaya tidak tertipu pada orang yang menawarkan bantuan, bisa membantu mengatasi permasalahan, atau menjanjikan sesuatu dengan imbalan tertentu. Pada intinya orang-orang tersebut penipu. Tapi entahlah lelaki yang dikerubuti para perempuan tersebut apakah yang dimaksud himbaun yang tertempel di dinding tersebut atau bukan.

[caption caption="Rombongan pengunjung dari luar kota yang didampingi pemandu. Dokpri"]

[/caption]

Beruntung kedatangan saya bersamaan dengan rombongan para mahasiswa, mereka kelihatanya rombongan mahasiswa dari lur kota. Salah satu di antara mereka adaah pemandu. Sementara yang lainnya asyik mencatat apayang dijelaskan oleh pemandunya. Sembari memotret mereka terus mengikuti pemandu tersebut. Situasi ini mengutungkan saya untuk nebeng mengikuti penjelasannya. 

Ketakjuban para mahasiswa ini akan barang sejarah luar biasa, terkadang membuat mereka terpencar karena keasyikan memotret atau melihat-lihat.

"Ayo merapat jangan jauh-jauh, bahaya...." kata pemandu yang mebuat mahasiswi yang agak gemuk terpancing bertanya.

"Coba liat di sekitar kalian, banyak orang di tempat gelap, banyak perempuan yang lalu lalang mebawa tikar, ayoo perhatikan lebih seksama....." kata pemandu.

Meski suara pemandu tersebut lirih namun cukup jelas terdengar oleh telinga saya. Saya perhatikan di sekitar saya para perempuan di atas usia 30-an saling tertawa cekikikan. Banyak diantara mereka yang merokok, berbagi tikar di sekitar komlpek makam setelah pintu gerbang.

"Mereka siapa kak?" tanya salah satu mahasiswa.

Pemandu tersebut hanya menggeleng, tidak menjawab dan dia malah mengajak pergi para tamunya untuk masuk ke dalam. Sesampai di gerbang makam utama sebeah dalam pemandu menjelaskan bahwa pintu makam hanya dibuka pada hari-hari tertentu, dan waktu tertentu pula. Kalau di luar jam ziarah biasanya para tamu memberi upeti agar bisa masuk, jelasnya.

[caption caption="Karena pintu utama makam dikunci, peziarah berdoa di depa pintu gerbang utama. Dokpri"]

[/caption]

[caption caption="pengujung perempuan, pada malam Jumat Kliwon. Dokpri"]

[/caption]

"Dan inilah pemandian yang saya ceritakan sebelum masuk komplek tadi..." kata pemandu.

"Bangunan ini adalah pemandian di tempat ini untuk pengunjung lelaki, sedang yang di sebelah selatan untuk perempuan yang lebih tertutup" jelas pemandu. 

"Banyak tujuan, banyak hajat, banyak cerita mengapa para pengujung mandi di tempat ini...." jelas pemandu.

"Terbanyak berharap ingin awet muda, awet ayu, dan wajahnya cerah, dan inilah tujuan utama para perempuan-perempuan setengah baya berdatangan kesini...." kata pemandu. Banyak perempuan 'maaf' nakal datang ke sini biar 'dagangan' nya laris. Perempuan-perempuan tersebut adalah para wanita tuna susila yang menjajakan diri di pinggiran kota Yogyakarta, jelas pemandu. Mereka berharap masih awet ayu dan banyak pelanggannya, salah satunya cara mandi di tempat ini.

Menurut pemandu para perempuan yang datang pada malam Jumat Kliwon ini tak hanya perempuan nakal. Banyak diantara mereka adalah peziarah dari luar kota yang masih keturunan eyang-eyang yang dimakamkan disini.

Sedangkan para perempuan tua yang di dekat pintu gerbang adalah para penjual atau pedagang yag sedang tirakat agar usahanya lancar dan ramai.

[caption caption="sedang kakung, pemandian untuk kaum lelaki. Dokpri"]

[/caption]

[caption caption="sendang putri, untuk kaum perempuan. Dokpri"]

[caption caption="bagian dalam sendang putri. Dokpri"]
[/caption][/caption]

Menurut pemandu banyak pula para pelajar yang menghadapi ujian yang bertirakat di tempat ini, setelah berdoa di dekat makam mereka melanjutkan ritual mandi di sendang kakung. Banyak cerita keberhasilanya seperti mas Wisnu yang kemarin juga mengantarkan saudaranya yang akan mengikuti test masuk polisi.

"Namanya usaha mas, berhasil tidaknya urusan sang pencipta, yang penting kita sudah berusaha" katanya. Dulu dia juga sering bertirakat di tempat ini, begitu datang dia segera berwudlu dan berdoa mendoakan yang sudah sumare, dan kemudian dia berdoa untuk hajatnya. Dan dilanjutkan mandi di sendang ini tepat jam12 malam. Biar semua dosa, salah, serta kotoran luntur, jelasnya. Serta ajang taubat ini sebagai ajang tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang telah lampau, jelasnya.

[caption caption="Balai yang mirip kantor di dalam komplek sebelah dalam, dipenuhi pengunjung yang butuh informasi. Dokpri"]

[/caption]

Hampir 2 jam saya mengikuti pemandu tersebut, tak terasa jam sudah menunjukan jam 12-an malam. Saya-pun segera keluar menuju parkiran motor untuk mengambil motor dan segera pulang. Sepanjang perjalanan menuju jalan besar (ring road selatan) tak habis pikir, banyak perempuan jalanan yang menjajakan diri di sepanjang jalanan. Entah saya yang salah jalan atau bagaimana, saya melewati Sanggrahan yang menurut banyak orang tempat ini dulu bekas lokalisasi. Setelah dibubarkan mereka tinggal di rumah-rumah kost yang berada di sekitar sungai atau tebing sebelah timur sampai sekitar terminal Giwangan.

"Gak pengin sunah rasul mas?" tawar perempuan dipinggir jalan yang saya lalui. Saya hanya tertawa terpingkal ketika ditawari untu bersunah rosul dan habisnya harus membayar. Wakakakakakaka.

Sementara lelaki hidung belang sedang tawar menawar di depan saya. Dari usianya si lelaki 30-an tahun sedang si perempuan ber-hak tinggi tersebut usia 20-25 an. Setelah beberapa waktu mereka segera melaju dengan menyalip motor saya yang berjalan pelan.

Tak jarang pula sepanjang jalan di Sanggrahan ke Giwangan  banyak warung remang-remang dengan musik dangdut yang putar kencang. Gelak tawa para perempuan dan para lelaki tersebut. Bau alkohol dan pesing begitu menyengat. 

Saya yakin para perempuan-perempuan yang saya temui di sepanjang jalan tersebut adalah pahlawan keluarga, mereka mancari makan tak hanya buat dirinya sendiri, saya yakin mereka mencari nafkah untuk anak-anaknya di rumah. Bahkan untuk suami-suaminya yang tak berdaya apapun bentuknya. 

Saya yakin tidak salah jalan atau tersesat di sepanjang Sanggrahan sampai Giwangan. Saya yakin inilah perwujudan syukur bahwa banyak di lapis bawah sana yang masih berkutat dan berjuang untuk terus hidup dengan segala keterbatasan.

"Selamat Hari Perempuan Internasional"

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun