"Mas Guntur dulu lulusan dari mana?" tanyanya.
"Saya lulusan senirupa Unesa tahun 90 mbak." jawab mas Guntur.
"Kalau begitu mas Guntur kakak kelas saya dong, ayo kita ke depan tak tunjukin ibu kita...." kata mbak yang berbaju hitam tersebut sambil menggadeng tangan mas Guntur untuk menemuhi seorang ibu yang sedang duduk-duduk di teras depan.
"Saya mohon maaf ibuk, saya ndak tahu kalau ibuk diantara rombongan, sungkem saya ibuk...." kata mas Guntur sambil bersalaman memberi hormat. Ternyata ibu tersebut bernama bu Ninik ibu dosen yang mengajari pelajaran membatik ketika mas Guntur kuliah dulu.
"Saya juga tidak tahu, kamu angkatan tahun berapa?" tanya bu Ninik.
"Saya angkatan 90 buk, seangkatannya Bas....." kata mas Guntur.
"Kami bangga dengan kamu, dengan semua perjuanganmu untuk terus melestarikan batik, apalagi masih sempat mengajar di SMU lagi ...." kata Bu Ninik.Â
Pertemuan yang tidak sengaja tadi sore mirip reunian dari alumni perguruan tinggi ternama di Surabaya.
Motif alam berupa gambar dedaunan, hewan seperti bekecot, rumpun padi yang menguning, serta motif Panaragan (motip Ponorogo-nan) berupa batikan burung merak, topeng, reyog, serta pernak-pernik yang ada hubungannya dengan reyog. Banyak diantara mereka yang memborong, meski mereka adalah para pakar dan orang yang yang berkecimpung dalam batik.