Ponorogo, 8 Oktober 2015
Kehadiran Wakil Gubernur Jatim Syaifulloh Yusuf (Gus Ipul) dalam pembukaan Festival Reyog Nasional XXII semalam benar-benar terasa gaungnya. Gus Ipul datang mewakili Gubernur Jawa Timur yang berhalangan hadir. Serasa masyarakat Ponorogo yang mayoritas Nadliyin begitu antusias, mungkin saja sosok Gus Ipul tak bisa lepas dari warga Nadliyin, beliau lahir dan besar dari pesantren bahkan beliau masih keponakan Gus Dur. Tak heran luasnya alun-alun Ponorogo serasa tak kuasa menampung ribuan warga yang ingin menyaksikan pembukaan festival yang memperebutkan Piala Presiden tersebut.
Dalam sambutannya yang terkesan santai, Gus Ipul mengatakan, "Ponorogo harus bangga punya ikon reyog, yang tidak seperti kabupaten lain yang masih pusing mencari dan masih harus menggali simbol tersebut, reyog adalah simbol Ponorogo, reyog adalah identik dengan Jawa Timur, reyog adalah milik Indonesia, jaga warisan leluhur yang luar biasa ini."Â
Dalam memberikan sambutan semalam, Gus Ipul meminta didampingi pejabat bupati Ponorogo, Sekwilda selaku ketua panitia, Komandan Korem, Komandan Lanud Iswahyudi, Komandan Kodim Ponorogo, Kapolres, Kajari, Kepala Pengadilan Tinggi, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jawa Timur, Kepala Kementerian Agama Ponorogo. Sambutannya santai disertai dialek bahasa Jawa Timuran yang berkali-kali mengundang gelak tawa. Kesemuanya memakai pakaian warok, pakaian khas Ponorogo.
"Nggantenge ngganteng tapi wit sore aku bingung kebelet pipis, la clono e ra ono resletinge cumak di kolori, aku suwe mikir piye carane pipis banjur aku takon menyang Pak Bupati tak kongkon marahi pipis...," kata Gus Ipul yang membuat semakin terpingkal-pingkal, Gus Ipul mengatakan memakai pakaian reyog terlihat ganteng tapi bingung ketika akan pipis karena celana kolornya tanpa resleting, dan hanya dililiti kolor besar, seperti gambar di atas.
Gus Ipul juga menanyakan pakaian pegawai ketika menjelang grebeg Suro seperti saat ini, dan dijawab oleh Bupati semua pegawai pemerintah yang laki-laki wajib memakai baju warok sedangkan yang perempuan batik motif merak khas Ponorogo. Jadi tidak heran banyak polisi memakai blangkon khas Ponorogo ketika sedang mengatur lalu lintas, banyak satpam yang memakai blangkon, banyak guru, perawat yang memakai blangkon saat bekerja pada saat perayaan seperti sekarang ini.
Dalam akhir pidatonya Gus Ipul mengharap warga Ponorogo ikut menyukseskan pilkada serentak, dan mengimbau seluruh PNS untuk bersikap netral, biarlah apa yang dikehendaki rakyat itulah yang terbaik. Pegawai negeri diimbau tidak ikut-ikutan dukung-mendukung salah satu calon sehingga roda pemerintahan nantinya tidak terganggu.
Tari yang pertama tampil adalah tari Bedoyo. Tarian ini menceritakan kehidupan manusia, ada awal ada akhir, ada kelahiran ada kematian, di dunia ini ada suka ada duka, ada dunia ada akhirat, sehingga perlu keseimbangan. Baik secara jasmani maupun rohani, antara pekerjaan dan pengabdian. Tarian ini ditarikan oleh 15 penari perempuan, mereka lemah gemulai diawali dengan hadirnya kehidupan yang disambut sukacita dan diakhiri oleh tabur bunga mirip kematian, tarian ini diiringi oleh gabungan gamelan reyog, gamelan jawa, dan sesekali seperti mirip gamelan Banyuwangi-an yang rancak.
Tariannya lucu sering kali mengundang gelak tawa, wajah cantik para penari dipoles sedemikian rupa namun kecantikanya tak bisa tertutupi, wakakakakakaka. Emban, pengasuh, pembantu bila diperlakukan dengan baik kebaikannya melebih saudara, dan mereka adalah bagian dari keluarga, mungkin pesan tersebut yang ingin disampaikan oleh penata tari yang ditampilkan semalam.
Dalam festival ini Bupati menyatakan ada 40 grup reyog yang akan berlomba, 25 dari luar Ponorogo dan 15 dari dalam Kabupaten Ponorogo. Kesemuanya grup yang terbaik di daerahnya masing-masing dan dari grup terbaik ini akan dijadikan barometer perkembangan reyog di Indonesia, imbuhnya lagi.
Dalam kesempatan semalam juga diserahkan piala bergilir presiden dari pemenang tahun lalu, yaitu grup reyog Singo Manggolo SMA 1 Ponorogo kepada Ketua Panitia Agus Pramono yang selanjutnya diserahkan kepada pejabat Bupati untuk diperebutkan kembali.
Gus Ipul memuji dengan mengatakan, "Reyog itu penuh dengan kelembutan, penuh dengan keperkasaan, penuh dengan semangat, penuh dengan kerja sama, semoga ciri khas reyog ini bisa menginspirasi para pemimpin di mana harus berbuat lembut, kapan harus berbuat tegas, dan harus pandai mengorganisir."
Sosok arif seperti Klono Sewandono, perkasa seperti penari reyog dan para warok, luwes seperti penari jaranan, dan lincah seperti penari ganongan adalah modal sebagai pemimpin dan modal bagi para tunas muda yang akan menjadi penerus negara ini, imbuhnya lagi.
Ki Onggolono marah dan kemarahannya ditujukan kepada putri Amirah sehingga putri Amirah sampai menemui ajal. Mengetahui kekasihnya meninggal, Joko Lancur akhirnya bunuh diri dengan menusukkan keris pemberian ayahnya ke dadanya. Keduanya meninggal dalam kisah cinta yang tak sampai. Sampai saat ini kutukannya masih terasa. Warga dari kedua desa tempat mereka tidak berani saling berpasangan saling besanan sampai sekarang ini.Â
Banyak ucapan selamat berupa karangan bunga dari berbagai instansi, perwakilan pemerintah daerah, dan tampak pula ucapan dari Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), beliau mengirimkan karangan bunga karena tidak bisa hadir dalam acara pembukaan kemarin. Tidak berlebihan kalau Gubernur mengucapkan selamat karena group reyog DKI Jakarta sering menjadi langganan juara festival reyog yang berskala nasional seperti ini.
Â
"Selamat datang di Bumi Reyog, Selamat datang di kota Budaya"
Â
*) Salam kampet
*) Salam budaya
*) Salam njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H