Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Belajar Mati Pada Syeh Maulana Magribi

31 Agustus 2015   19:07 Diperbarui: 31 Agustus 2015   19:07 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menawi kepingin seneng ndonyane ngandap mriko den, menawi belajar mati wonten ngingil mriki, yen wonten panggenan ngateniki rasane namung kemutan mati, yen pun kemutan mati donyane dados ciut, mboten betah nopo-nopo lintune pengin nyedak kalih sing ndamel gesang......" katanya lagi, yang mungkin kalau diartikan kalau ingin senang senang tempatnya dibawah bukit, dan kalau ingin tirakat di atas bukit ini, kalau di makam wali beginian rasanya cuma ingat mati, dan kalau ingat mati serasa dunia sempit, semua kebutuhan dan keperlua tiada guna, dan hanya ingin mendekat pada Tuhan saja.

"Syurga niku larang regane, larang tumbasane, abot sanggane, dados yen pengin syurgo lan wedi neroko ojo sakpenake dewe, kudu gelem rekoso...." katanya lagi, syurga itu mahal harganya, mahal pembeliannya, berat bebannya, kalau ingin syurga dan takut neraka jangan seenaknya sendiri, dan mau beusaha keras menjalani perintah dan menjauhi larangan-Nya.

"Tapi nggih ngaten, yen ngibadah mboten usah dikanda-kandakne, cekap gusti Alloh mawon sing mangertos, lan mboten usah nyalahne tiyang sing mboten ngibadah, dereng tentu yen ngibadahe awake dewe meniko leres...... paling mboten awake dewe wis usaha lan ngalokon nopo sing diprentahne sing ngawe urip" katanya lagi, dan kamipun terus menyimak tanpa berani tanya dan berani protes, seharusnya harus begitu kalau beribadah tidak usah dipamerkan dan cukup Alloh saja yang tahu, dan tidak usah menyalahkan orang yang tidak beribadah, karena belum tentu ibadah kita sudah benar, tapi paling tidak kita sudah berusaha dan menjalankan apa yang diperintah oleh Tuhan.

"Lakum dinukum waliadin, sing kene yo kene sing kono yo ben kono nggih den.... lan dundum slamet mugi rawuh panjenangan tansah ngepasi wonten margining Ngagesang...." katanya lagi, dan setelah itu kami bersalaman perpamitan.

Setelah pamitan kami menuruni lagi tanjakan curam dengan berpegangan pada besi yang dipasang ditengah jalan setapak, sayup-sayup musik dibawah semakin keras bunyinya, dan semakin jelas arahnya, kelap-kelip lampu disco-pun semakin nampak mirip pasar malam bila dilihat dari ketinggian. 

Dan kamipun segera mendekat ke tempat mobil kami titipkan, ternyata tempat memarkir mobil tadi adalah halaman parkir sebuah hotel, setelah membayar parkir teman saya mengajak ke arah pantai Parangtritis yang sisi belakang hotel dengan lewat jalan sebelah kiri hotel. Sesampai di lapangan mirip alun-alun saya mengurangi kecepatan dan tampak 2 perempuan bercelana gemes (istilah dari teman saya untuk celana pendek sexy di atas lutut.

"Mau ditemani senang mas.... banyak kamar kosong" tawarnya, saya hanya tersenyum dan baru sadar apa yang dikatakan juru kunci di atas tadi. Setelah teahu tempat beginian saya kembali ke arah jalan besar dengan tujuan kami lewat Yogyakarta, dentuman musik keras, sampai alunan lagu dangdut tak henti-hentinya kami dengarkan dari warung-warung yang lampunya bergemerlapan di kanan-kiri kami sepanjang jalan keluar dari pantai.

Luar biasa perkembangan Parangtritis sekarang, sangat berbeda jauuuuuh bila dibandingkan dengan 15-an tahun lalu ketika saya bermotoran berkunjung ke sini. 

 

*) salam jalan-jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun