"Menawi kepingin seneng ndonyane ngandap mriko den, menawi belajar mati wonten ngingil mriki, yen wonten panggenan ngateniki rasane namung kemutan mati, yen pun kemutan mati donyane dados ciut, mboten betah nopo-nopo lintune pengin nyedak kalih sing ndamel gesang......" katanya lagi, yang mungkin kalau diartikan kalau ingin senang senang tempatnya dibawah bukit, dan kalau ingin tirakat di atas bukit ini, kalau di makam wali beginian rasanya cuma ingat mati, dan kalau ingat mati serasa dunia sempit, semua kebutuhan dan keperlua tiada guna, dan hanya ingin mendekat pada Tuhan saja.
"Syurga niku larang regane, larang tumbasane, abot sanggane, dados yen pengin syurgo lan wedi neroko ojo sakpenake dewe, kudu gelem rekoso...." katanya lagi, syurga itu mahal harganya, mahal pembeliannya, berat bebannya, kalau ingin syurga dan takut neraka jangan seenaknya sendiri, dan mau beusaha keras menjalani perintah dan menjauhi larangan-Nya.
"Lakum dinukum waliadin, sing kene yo kene sing kono yo ben kono nggih den.... lan dundum slamet mugi rawuh panjenangan tansah ngepasi wonten margining Ngagesang...." katanya lagi, dan setelah itu kami bersalaman perpamitan.
Dan kamipun segera mendekat ke tempat mobil kami titipkan, ternyata tempat memarkir mobil tadi adalah halaman parkir sebuah hotel, setelah membayar parkir teman saya mengajak ke arah pantai Parangtritis yang sisi belakang hotel dengan lewat jalan sebelah kiri hotel. Sesampai di lapangan mirip alun-alun saya mengurangi kecepatan dan tampak 2 perempuan bercelana gemes (istilah dari teman saya untuk celana pendek sexy di atas lutut.
"Mau ditemani senang mas.... banyak kamar kosong" tawarnya, saya hanya tersenyum dan baru sadar apa yang dikatakan juru kunci di atas tadi. Setelah teahu tempat beginian saya kembali ke arah jalan besar dengan tujuan kami lewat Yogyakarta, dentuman musik keras, sampai alunan lagu dangdut tak henti-hentinya kami dengarkan dari warung-warung yang lampunya bergemerlapan di kanan-kiri kami sepanjang jalan keluar dari pantai.
Luar biasa perkembangan Parangtritis sekarang, sangat berbeda jauuuuuh bila dibandingkan dengan 15-an tahun lalu ketika saya bermotoran berkunjung ke sini.Â
Â
*) salam jalan-jalan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H