Â
Peralihan tersebut lambat laun juga mengalami kendala dimana anak perempuan yang menjadi jathil obyog sempat dicap perempuan nakal, perempuan geleman (mauan), perempuan yang selalu dikelilingi para lelaki, dan riasannya-pun mulai berubah dari ‘perempuan ganteng’ menjadi ‘perempuan cantik’ seperti sekarang ini.
Seni budaya terus berkembang menyesuiakan zaman, reyogpun mau tak mau kena dampaknya agar tak lekang oleh zaman.
Demikian cerita ‘lelaki cantik’ dan ‘perempuan ganteng’ versi saya, semoga bisa menjadi bahan cerita tentang pasang surutnya seni reyog di Indonesia.
 “Salam Budaya’
Â
 *) terus njepret sebelum njepret dilarang
*) terus nulis sebelum nulis dilarang
*) terus hunting meski bini muring-muring
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H