Di daerah kuburan Pelem Gurih (Mangunsuman) belakang bak sampah, banyak yang tidak mengenal kuburan Raden Martopuro, berkali-kali tanya mereka tidak tahu. Beruntung kemarin bertemu dengan pak Supri pedagang pasir yang tempat jualannya bersebelahan dengan makam Pelem Gurih.
Namun pak Supri juga tidak mengenal Raden Martopuro, ketika diceritakan tentang sejarah yang saya tulis diatas pak Supri baru teriingat ada kuburan "Mbah Mantri" dipojok timur yang diberi kotak, nisan aslinya sudah diganti. Kata pak Supri banyak peziarah dari Solo, Jogja dan Sragen yang menziarahinya. Namun warga sekitar tidak tahu siapa yang terkubur disitu. Untuk lebih jelasnya saya di antarkan ke kakak pak Supri yang bernama pak Pono.
Pak Pono menceritakan kuburan tersbut adalah kuburan mbah Mantri, seorang manti kopi jaman penjajahan belanda yang mati akibat penghianatan temannya. Menurutnya lagi kuburan tersebut ramai menjelang pergantian tahun baru masei dan menjelang puasa Ramadhan, para peziarah menurutnya dari Jawa Tengah seperti kata adiknya pak Supri. Begitu kejamnya suatu rezim sehingga kini cerita kesimpang siuran tersebut masih terjadi, juga pinternya penjajah dalam mengadu domba.
Sementara orang Bungkal sekitar gudang kopi juga mencari jejak pahlawannya, orang Bungkal menyebut "Ndoro Mantri". Begitu juga kebanyakan orang di sekitar pasar sepeda (pasar loak) "Raden Martopuro" adalah pahlawan yang pertama darahnya tertumpah di makam pahlawan Bon Rojo ini meski jasadnya tidak dikebumikan di taman makam pahlawan. Menurut cerita para pedagang sepeda  pada waktu pemugaran pagar hanya ditemukan satu kerangka dibawah pohon sono, dan mereka meyakini hanya Nurkandam yang jasadnya dikubur di bawah pohon ini, sehingga mereka yakin yang di kubur di Pelem Gurih adalah jasad Raden Martopuro.
 Semoga tulisan ini bisa disempurnakan oleh pembaca lainnya, sehingga didapatkan cerita yang sebenarnya, semoga pemerintah kabupaten Ponorogo mendapatkan masukan tentang hal ini, dan mohon maaf bila ada yang tidak pas dalam cerita ini. Tapi begitulah sejarah tergantung pada rezim dimana rezim tersebut berkuasa.
"Selamat Hari Pahlawan"
Â
*) salam njepret
*) salam koteka
*) salam blusukan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H