Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Perdikan; Apresiasi Raja Buat Rakyatnya Yang Berjasa

16 Mei 2015   05:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 4377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_365378" align="aligncenter" width="510" caption="Pak Saidi meneruskan pakdenya sebagai jurukunci Astana Srandil"]

14313138152112170150
14313138152112170150
[/caption]

Peziarah biasanya datang berombongan, dari wilayah Ponorogo, Madiun, dan Solo. Paling ramai pada Kamis malam Jumat Pon, peziarah tinggal mampir ke rumah juru kunci yang berada di dekat masjid menuju ke bukit, juru kunci akan siap 24 jam, dan bilamana pergi kunci akan diserahkan kepada peziarah dan setelah selesai dikembalikan lagi ke rumahnya.

Ada yang istimewa bagi juru kunci didesa perdikan di Ponorogo, mereka mendapat gaji dari dinas Purbakala di Mojokerto, gajiannya diambil tiap 3 bulan sekali sambil menlaporkan kegiatan triwulanannya, dan setiap semester sekali pergi ke Surabaya untuk melaporkan semesterannya.

Ketika saya tanya berap nilai gajinya, pak Saidi sambil tersenyum," Poko lumayan mas, lubih sejuta sebulan, lumayan bisa buat kebutuhan lainya, meski ngambilnya harus ke Mojokerto, itung-itung sambil dolan....."

Itu cerita desa perdikan jaman dulu, namun setelah perjanjian Gianti 1755, semua kabupaten diluar tanah Kejawen menjadi wilayah jajahan Belanda, dan oleh karena itu desa perdikan hilang kemerdekaanya. Dan berdasar peraturan pemerintah RI tahun 1946 semua desa perdikan hilang kemerdekaanya. Diakhir tahun 90-an banyak masyraakat di desa perdikan di Ponorogo mengurus sertipikat kepemilikan, dengan begitu tanah yang mereka miliki terpajak dan bisa diperjual-belikan.

Bagi perangkat desa mendapat tanah garapan berupa bengkok sebagia pengganti upah, seperti halnya di Desa Pulung Merdiko semua perangkat desa mendapat tanh bengkok, bahkan imam masjid, tukan adzan, dan penabuh bedug juga mendapat tanah bengkok.

[caption id="attachment_365379" align="aligncenter" width="510" caption="perkampungan disekitar tampak kecil kecil, dilihat dari Astana Srandil"]

1431313883295897833
1431313883295897833
[/caption]

[caption id="attachment_365390" align="aligncenter" width="510" caption="Bukit astana Srandil dilihat dari persawah timurnya"]

14313159841877701832
14313159841877701832
[/caption]

Desa perdikan tinggalkan cerita tentang ungkapan bahagia seorang raja terhadap jasa warganya, desa perdikan wujud kedekatan penguasa dan rakyatnya. Meski tinggal cerita namun hubungan kawulo dan dan gusti masih terpelihara sebagai tradisi orang Jawa yang menghormati rajanya sampai akhir hayatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun