[caption id="attachment_365378" align="aligncenter" width="510" caption="Pak Saidi meneruskan pakdenya sebagai jurukunci Astana Srandil"]
Peziarah biasanya datang berombongan, dari wilayah Ponorogo, Madiun, dan Solo. Paling ramai pada Kamis malam Jumat Pon, peziarah tinggal mampir ke rumah juru kunci yang berada di dekat masjid menuju ke bukit, juru kunci akan siap 24 jam, dan bilamana pergi kunci akan diserahkan kepada peziarah dan setelah selesai dikembalikan lagi ke rumahnya.
Ada yang istimewa bagi juru kunci didesa perdikan di Ponorogo, mereka mendapat gaji dari dinas Purbakala di Mojokerto, gajiannya diambil tiap 3 bulan sekali sambil menlaporkan kegiatan triwulanannya, dan setiap semester sekali pergi ke Surabaya untuk melaporkan semesterannya.
Ketika saya tanya berap nilai gajinya, pak Saidi sambil tersenyum," Poko lumayan mas, lubih sejuta sebulan, lumayan bisa buat kebutuhan lainya, meski ngambilnya harus ke Mojokerto, itung-itung sambil dolan....."
Itu cerita desa perdikan jaman dulu, namun setelah perjanjian Gianti 1755, semua kabupaten diluar tanah Kejawen menjadi wilayah jajahan Belanda, dan oleh karena itu desa perdikan hilang kemerdekaanya. Dan berdasar peraturan pemerintah RI tahun 1946 semua desa perdikan hilang kemerdekaanya. Diakhir tahun 90-an banyak masyraakat di desa perdikan di Ponorogo mengurus sertipikat kepemilikan, dengan begitu tanah yang mereka miliki terpajak dan bisa diperjual-belikan.
Bagi perangkat desa mendapat tanah garapan berupa bengkok sebagia pengganti upah, seperti halnya di Desa Pulung Merdiko semua perangkat desa mendapat tanh bengkok, bahkan imam masjid, tukan adzan, dan penabuh bedug juga mendapat tanah bengkok.
[caption id="attachment_365379" align="aligncenter" width="510" caption="perkampungan disekitar tampak kecil kecil, dilihat dari Astana Srandil"]
[caption id="attachment_365390" align="aligncenter" width="510" caption="Bukit astana Srandil dilihat dari persawah timurnya"]
Desa perdikan tinggalkan cerita tentang ungkapan bahagia seorang raja terhadap jasa warganya, desa perdikan wujud kedekatan penguasa dan rakyatnya. Meski tinggal cerita namun hubungan kawulo dan dan gusti masih terpelihara sebagai tradisi orang Jawa yang menghormati rajanya sampai akhir hayatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H