Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

[kampretjebul4] Cerita Unik Awal Tumbuhnya Pasar Kudapan Tambakbayan

24 Maret 2015   18:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357199" align="aligncenter" width="504" caption="berjualan memakai obrok sepeda dan motor"][/caption]

"Pasar kuwi ora iso digawe lan pasar kuwi ora iso dipateni"
"Pasar kuwi ono selagine menungso ijik enek ing ndonya"

Ponorogo, 24/03/2015

Kadang saya bingung dengan kata-kata mertua saya tersebut, "Pasar itu tidak bisa dibuat dan pasar itu tidak bisa dihancurkan, pasar akan hadir dari selama dunia masih ada manusianya". Mungkin begitu maksutnya, dan tugas pemerintah  memfasilitasinya. Karena tidak ada manusia yang akan bisa membuat pasar. Mertua saya dulunya kepala bank pasar, dan pensiun tahun 90-an. Makanya beliau sangat detail tentang seluk beluk pasar. Namun bila menilik berdirinya pasar jajanan di barat Tambak bayan ini kata-kata mertua di atas ada betulnya.

Saban hari sehabis subuh jalan Trunojoyo barat perempatan Tambak bayan ini sudah ramai, hiruk pikuk pedagang, pembeli, serta motor atau sepeda yang di bagian belakangnya dibikin sedemikian rupa supaya bisa mengangkut jajanan. Saya berani menyebutnya pasar karena di situ ada pembeli, penjual, transaksi, dan barang yang dijual. Entah orang lain ataupun pihak pemda yang terkait. Tak kurang 40-an gerobak (motor dan sepeda) yang berjajar di kiri jalan dari arah timur menuju kabupaten Wonogiri ini.

Jajanan yang diperjual belikan rata-rata jajanan basah, seperti lemper, nogosari, onde-onde, jenang grendul, jadah uren, wajik, klepon, sus, perkedel, mendut, sampai jajanan yang mirip roti seperti donat, lapis legit, dan masih banyak lagi.

[caption id="attachment_357200" align="aligncenter" width="504" caption="Sekarang hampir 40-50 obrok yang melakukan jual beli disini, lokasi ini sangat strategis menuju arah Wonogiri, Magetan, Madiun, Trenggalek, Pacitan, dan berbagai kecamatan di Ponorogo"]

14271940201068181910
14271940201068181910
[/caption]

Saya sangat hapal daerah sini karena dekat dengan rumah, dan hampir saban hari melewati tempat ini bila mau berangkat kerja atau ke pasar. Sebenarnya  pasar dadakan ini tidak jauh dari pasar induk pasar Songgo langit (pasar Legi).

Pasar dadakan ini baru ada sekitar 5 tahunan terakhir, menurut pak Harjo salah satu pedagang jajanan munculnya pun tidak sengaja, dulu ketika ia sepulang belanja jajanan di pasar Songgolangit ban motornya bocor dan dia tambalkan didaerah sini, sambil menunggu tambalan dia minum kopi di warungnya mbah Dah (sayang Mbah Dah langganan saya ini sudah meninggal, tapi kini diteruskan oleh anaknya). Dan ketika menunggu ini ada orang yang beli jajanannya dan kala itu lumayan laku banyak. Dan keesok harinya dia selalu mampir ke warungnya mbah Dah untuk ngopi dan sampai saat ini orang-orang hapal kalau subuh membli jajanan di tempat ini. Dan Akhirnya banyak temannya ikutan jualan disini, bahkan pedagan yang berada di dalam pasar Songgolagit banyak yang pindah ke sini.

Di tempat ini pembeli lebih mudah memilih jajanan, dan tidah perlu masuk ke pasar yang becek, langsung bisa membeli jajanan dari atas motor atau mobil.

[caption id="attachment_357201" align="aligncenter" width="504" caption="jaman modern ini masih pakai sistem barter? disini buktinya mereka saling bertukar dagangan"]

1427194095588203462
1427194095588203462
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun