H+ 4 lebaran jalanan masih luar biasa macet, mungkin hari ini (Kamis, 24 Agustus) hari pertama bagi pegawai negeri maupun swasta mulai bekerja lagi, meski anak sekolah baru masuk Senin minggu depan.
Perjalanan Ponorogo-Nganjuk yang hari biasa bisa ditempuh 2 jam menjadi molor 5 jam, dengan tingkat stress yang luar biasa karena semua berlomba-lomba ingin cepat sampai di tujuan.
[caption id="attachment_195002" align="aligncenter" width="640" caption="Merah-Putih di Lokalisasi"][/caption]
Perbatasan Nganjuk-Madiun menjadi momok biang kemacetan, lintasan kereta api, kecilnya bahu jalan dan ketidak sabaran para pemakai jalan membuat macet semakin parah.
Di derah Guyangan Nganjuk sekitar 'Jembatan Timbangan' kemacetan sedikit terurai yang menuju Surabaya tetap menggunakan jalur biasanya, sedangkan ke arah Madiun dilewatkan jalur truk yang menuju jembatan timbangan, namun hal ini macet luar biasa karena meski jarak cuma 500-an meter namun terjadi pertemuan dari arah Surabaya dan dari arah Kediri, dan hal inilah yang bikin macet luar biasa, meski bisa dibuat 4 lajur namun begitu masuk jalan utama kembali jadi 1 lajur, sehingga dari 4 lajur ini harus mengantri luar biasa, dan bikin stress.
[caption id="attachment_194990" align="aligncenter" width="640" caption="wisma sepi"]
Namun bagi pengendara yang jeli yang mau tengok kanan atau kiri dijalur yang cuma 500 meteran ini pasti akan terhibur, karena jalur ini menjadi 'ICONT' kota Nganjuk dengan hiburan yang 24 jam nonstop, orang menyebutnya 'Lokalisasi Mini', atau lebih keren disebut "Ngguyangan", para sopir sering menyebut "Hantu Jembatan Timbangan" ini cantik-cantik, waakakakaka......
Tampak dari jendela kendaraan yang kami kendarai, warung-warung, wisma-wismamasih sepi meski sudah ada 1-2 yang buka, mereka rata-rata sedang bersih-bersih warung atau wisma, setelah hampir 1 bulan lebih harus mereka tinggalkan untuk menghormati bulan Puasa.
"Ijik sepi mas.... arek-arek dino Senen lagi molih." kata penjual bakso yang dirombong baksonya tertera 'Bakso Malang'
Saya hanya manggut-manggut seolah-olah mau 'belanja'.
"Senen wae riko mrene maneh, dijamin akeh dagangan anyar..." jelas penjual bakso kepada saya.
Kamera terus saya jeprat-jepret ke sana-kemari mumpung masih boleh, karena mulai Senin depan saya pasti kena gampar penjaga keamanan lokalisasi.
Saya jadi teringat tiap kali hari Senin pagi jam 5-7 banyak perempaun cantik yang naik becak dari arah terminal menuju 'gang' jembatan timbang ini, dari depan Polres mereka menutipi wajah memakai masker atau jaket jamper, tapi tidak mengurangi kecantikan mereka wakakakakaka.
[caption id="attachment_194991" align="aligncenter" width="640" caption="Ditinggal penghuni"]
Entah lah semua sudah ada yang ngatur, seperti halnya hari raya ini saya terjebak di lokalisasi Guyangan ini, saya yakin bukan kebetulan, begitu juga para wanita maupun pekerja di wisma-wisma ini saya yakin kalau bisa memilih mereka tidak bakalan memilih mencari hidup dengan beginian.
Hanya syukur terkadang kita baru tahu bahwa Tuhan terlalu sayang pada kita, diberi kesempatan melebihi mereka.
"Selamat Lebaran saudara-saudariku semua yang berada di Lokalisasi Guyangan, yakinlah hidup pasti akan lebih baik daripada hari ini."
Ucapan Lebaran lainnya silhakan simak di WPC 18: Hari Raya dan Pesta Rakyat (Festival)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H