Pak Pardi Pande begitu orang menyebutnya, dia adalah suami penjual krupuk lempeng seperti photo di bawah ini.
Sebenarnya bila saja dulu mau mengurus surat menyurat untuk veteran mungkin tak perlu jualan krupuk lempeng seperti sekarang ini.
Karena teman teman suaminya banyak yang mengurus penghargaan itu dan kini menikmati uang pensiunan tersebut.
Nenek penjual lempeng itu juga nggak mengeluh akan hal itu karena pesen suaminya sebelum meninggal dulu, suaminya sudah wanti-wanti jangan diurus penghargaan itu memalukan katanya.
Dulu ketika terjadi perang di Semarang suaminya berangkat ke sana dengan beberapa temannya, perang itu kini lebih dikenal dengan sebutan 'Pertemburan 5 hari di Semarang'
Dan untuk mengenangnya di dirikan monomen Tugu Moeda.
Dan sepulangnya dari Semarang menemukan anak, dan dibawanya pulang dan dipelihara selayaknya anaknya.
Dan sampai nikah, bahkan sampai kini sudah beranak cucu.
Sekitar tahun 50-an Pardi Pande suami nenek penjual krupuk lempeng itu pergi ke sumatra untuk memperbaiki nasib, waktu itu si nenek ikut ke Sumatra, namun sekitar tahun 70-an pak Pardi Pande meninggal sehingga si nenek kembali ke Jawa berjualan krupuk lempeng seperti sekarang ini untuk menyambung hidup.
Semoga amal dan perjuangan pak Pardi Pande di terima Alloh yang maha kuasa aamiin..
[kisah nyata]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H