Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pardi Pande; Pahlawan Pertempuran 5 Hari di Semarang

16 Agustus 2011   10:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pak Pardi Pande begitu orang menyebutnya, dia adalah suami penjual krupuk lempeng seperti photo di bawah ini.

Sebenarnya bila saja dulu mau mengurus surat menyurat untuk veteran mungkin tak perlu jualan krupuk lempeng seperti sekarang ini.

Karena teman teman suaminya banyak yang mengurus penghargaan itu dan kini menikmati uang pensiunan tersebut.

Nenek penjual lempeng itu juga nggak mengeluh akan hal itu karena pesen suaminya sebelum meninggal dulu, suaminya sudah wanti-wanti jangan diurus penghargaan itu memalukan katanya.

Dulu ketika terjadi perang di Semarang suaminya berangkat ke sana dengan beberapa temannya, perang itu kini lebih dikenal dengan sebutan 'Pertemburan 5 hari di Semarang'

Dan untuk mengenangnya di dirikan monomen Tugu Moeda.

Dan sepulangnya dari Semarang menemukan anak, dan dibawanya pulang dan dipelihara selayaknya anaknya.

Dan sampai nikah, bahkan sampai kini sudah beranak cucu.

Sekitar tahun 50-an Pardi Pande suami nenek penjual krupuk lempeng itu pergi ke sumatra untuk memperbaiki nasib, waktu itu si nenek ikut ke Sumatra, namun sekitar tahun 70-an pak Pardi Pande meninggal sehingga si nenek kembali ke Jawa berjualan krupuk lempeng seperti sekarang ini untuk menyambung hidup.

Semoga amal dan perjuangan pak Pardi Pande di terima Alloh yang maha kuasa aamiin..

[kisah nyata]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun