Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sandimoen Penyedia 'Hom Lothe' Di Pantai Klayar

27 Mei 2014   21:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mas yen mau nginep kulo nyediakne hom lonthe...."

Kata Mbah Sandimoen lelaki baya 70-an tahun menawarkan sesuatu pada kami di Pantai Klayar.

Gelap dan sepi, hanya cahaya merah semburat di langit sebelah barat begitu memasuki tempat parkir yang masih berupa tanah berpasir di pantai Klayar. Kami langsung berlarian menuju bukit sebelah timur yang berjarak sekitar 2 an km, mobil saya kunci sambil berlarian, dipundak terlilit kamera dan tangan kiri menenteng tripod mirip tentara yang sedang mengerjar musuh. Nafas terengah-engah lewat mulut seperti anjing yang berlarian mengejar mangsa. Kami datang terlambat sesampai di bukit matahari sudah benar-benar tenggelam, dan hanya mendung hitam kemerahan mirip jelaga sisa perapian. Namun bagaimanupun kami masih beruntung masih mendapatkannya meski tak sesuai yang kami harapakan. Sekitar 5-10 jepretan namun bisa mengobati lelah dan keringat yang bercucuran.

Kami berempat turun pelan-pelan dengan penerangan seadanya, dan malam benar-benar turun dengan gelapnya. perjalanan turun sampai tempat parkiran kami tempuh hampi 1 jam, berbeda dengan naiknya yang bisa kami tempuh 15 an menit. Sesampai diparkiran kami di dekati lelaki baya yang berumur sekitar 70an tahun.

"Mas yen mau nginep kulo nyediakne hom lonthe...." kata lelaki tua itu. Kami berempat saling berpandangan, sambil bergidik seakan menolak, karena datang dengan tujuan bukan (*maaf mesum) mencari begituan. Kata Lonthe bagi kai adalah pelacur.

"Wis to mas murah, cekap damel tiyang sak rombongan..." dia terus merayu.

"Dipirsani riyin, penginepan kulo.... " sambil menunjuk di sebarang timur ada lampu kekuningan dipinggir pantai.

"Mengke mawon mbah... tak maem riyin..." jawaban saya seraya menghindar, naun si embah terus mengikuti kai di warung nasi yang tak jauh dari tempat mobil diparkir.

"Dahar nopo mas...?" kata perempuan pemilik warung.

"Wontene nopo buk?" tanya mas Shandy teman saya.

"Yah menten telas mas kantun kopi, yen kerso ngrantos tak wangsul tak pendetne tempe kalih tahu mengke tak sambelne bawang...." kata si ibu sambil membuatkan kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun