"Kalau mas e itu buat pacarnya, dia nggak iklas dia memberi bunga dengan mengharap dicintai oleh pacarnya, kalau ndak gitu bunga itu untuk merayu mas" jawab cucu nenek yang bantu bantu bersihkan mawar.
"Wakakakakakaka......... ngaten nggih" saya terbahak mendengar penjelasan cucu mbak Paijah.
"Injih mas.... kalau nyekar ke leluhur itu ndak mengharap apa-apa dari orang yang dibawakan kembang, malah mendoakan buat yang dibawakan, ini bener bener ikhlas, beda dengan mase itu, dia bawakan buat pacarnya, dia purih, dia punya tujuan dari yang dibawakan...." timpal tukang becak yang berada deket nenek Paijah sambil nongkrong di becaknya.
[caption id="attachment_322741" align="aligncenter" width="540" caption="akrab, tukang becak Salatiga"]
"Matur nuwun mbah sampun dijelasne, sepuntene kulo tak tumbas anggrek e mawon sing wonten plastik polybak niku mawon pintenan?" sambil memilah milah bakalan anggrek bulan yang berada di bawah lapak si nenek.
"Borong mawon sedoyo, papat niku 30 ewu pas gak nawakne, yen gak sing tuku nggantheng gak bakalan tak wenehne" jawab si mbah Paijah sambil senyam senyum karena kamera saya terus ceprat-cepret.
[caption id="attachment_322742" align="aligncenter" width="540" caption="Salatiga pagi yang dingin, pedagang bunga berjaket tebal"]
[caption id="attachment_322743" align="aligncenter" width="540" caption="keramahan mereka ajarkan keiklasan"]
*) Bahasa campuran Jawa dan bahasa Indonesia karena mbah Paijah tidak bisa pakai bahasa Indonesia
*) Salam Njepret, salam Kampret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H