Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memotret Manusia Api

20 September 2014   00:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:11 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Byaaaaaaaaaaaarrrrr.................." kembang api raksasa menyembur dari lempengan besi merah membara yang dipukuli.

Ceprat cepret teruussss... terserah mana yang nyantol, sementara lengan dan pipi clekat-clekit bahkan sekujur tubuh, tapi saya harus terus memotret dan tidak boleh lari.

Setelah merahnya besi hilang Haji Syahri memasukkan lempeng besi itu ke dalam tunggu dapur untuk dibakar lagi. "Nyemprote geni nggur ping pindo, sampeyan kudu siap maneh..." kata Pak Jumadi, menjelaskan kepada saya bila muncratnya api hanya 2 kali, setelah 2 kali itu api  tidak muncrat lagi karena besi sudah memadat.

Saya mengampil posisi lagi dan siap membidik untuk kali kedua. Puas rasanya meski kaos bolong-bolong, dan lengan hitam-hitam terbayar sudah penasaranan saya.

14111222681478525313
14111222681478525313
Selagi besi masih memerah, palu dan godam akan terus berdentingan

14111222131484114852
14111222131484114852
mirip bunga api, memancar ke segala arah

Sambil menunggu pisau jadi saya lihat-liat hasil jepretan, dari 50-an frame hanya 4-5 yang jadi, tapi saya harus bersyukur.

"Saya Senang, Istri Senang, Pandai Besinya juga Senang"

*) Salam njepret

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun