"Byaaaaaaaaaaaarrrrr.................." kembang api raksasa menyembur dari lempengan besi merah membara yang dipukuli.
Ceprat cepret teruussss... terserah mana yang nyantol, sementara lengan dan pipi clekat-clekit bahkan sekujur tubuh, tapi saya harus terus memotret dan tidak boleh lari.
Setelah merahnya besi hilang Haji Syahri memasukkan lempeng besi itu ke dalam tunggu dapur untuk dibakar lagi. "Nyemprote geni nggur ping pindo, sampeyan kudu siap maneh..." kata Pak Jumadi, menjelaskan kepada saya bila muncratnya api hanya 2 kali, setelah 2 kali itu api  tidak muncrat lagi karena besi sudah memadat.
Saya mengampil posisi lagi dan siap membidik untuk kali kedua. Puas rasanya meski kaos bolong-bolong, dan lengan hitam-hitam terbayar sudah penasaranan saya.
Sambil menunggu pisau jadi saya lihat-liat hasil jepretan, dari 50-an frame hanya 4-5 yang jadi, tapi saya harus bersyukur.
"Saya Senang, Istri Senang, Pandai Besinya juga Senang"
*) Salam njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H