[caption id="attachment_328192" align="aligncenter" width="600" caption="Ukiran pintu utama masjid gaya Surakarta-nan"]
Bangunan serta ornamen-ornamen di masjid Sewulan ini unik, warna kuning gading dan corak khas Solo (Surakarta-an) mendominasi. Masjid ini mirip dengan masjid di Solo, Ponorogo, dan Tegalsari. Mungkin sejarah berdirinya tidak lepas dari pengaruh Tegalsari, Ponorogo, dan keraton Surakarta.
[caption id="attachment_328193" align="aligncenter" width="600" caption="Mimbar dan imam-an miirip masjid Tegalsari dan Solo"]
[caption id="attachment_328194" align="aligncenter" width="600" caption="tembok tebal dan warna khas kuning gading "]
[caption id="attachment_328195" align="aligncenter" width="267" caption="tangga bambu didalam masjid, sama dengan masjid Solo, Ponorogo, dan Tegalsari"]
[caption id="attachment_328200" align="aligncenter" width="600" caption="gapura masuk makam Kyai Basyariyah, di selatan masjid"]
[caption id="attachment_328196" align="aligncenter" width="600" caption="Makam Kyai Basyariyah (Bagus Harun) di belakang masjid"]
[caption id="attachment_328197" align="aligncenter" width="600" caption="silsilah Bagus Harun (Kyai Basyariyah) menempel di dinding makam"]
[caption id="attachment_328198" align="aligncenter" width="600" caption="Gus Dur masih keturunan ke-7 Kyai Bagus Harun (Kyai Basyariyah)"]
[caption id="attachment_328199" align="aligncenter" width="600" caption="Gapura masuk serta Parkiran yang luas bisa menampung puluhan roda 4 bahkan bus para peziarah"]
Menurut juru kunci, peziarah datang tidak hanya dari Madiun, tapi kota-kota di Jawa timur bahkan dari daerah Jawa tengah selain bermunajad dan mendoakan bagi beliau, peziarah juga bermaksut meneladani kehidupan Bagus Harun yang sangat sederhana meski berasal dari kaum bangsawan, dan begitu setuhu (berbakti) kepada guru, serta selalu berendah diri menjauhi tamak dan kesombongan.