Dia adalah Mas Iwan dari Malang, berkeliling Jawa demi kopi, dia mendatangi perkebunan kopi dan para petani di desa-desa untuk menyemangati untuk mempertahankan kopinya, dia datang ke Ponorogo mampir di kedai ini (Wijsoen Coffe) milik mas Nugroho setelah di Ponorogo banyak kopi lokal yang bercitra rasa menjanjikan.
Kami naik dan turun gunung mendatangi petani kopi, meyakinkan bila kopi meraka layak dijual dan bisa menjadi kopi andalan bila cara mengelolanya benar. Karena selama ini petani hanya dinikmati sendiri bukan dijual. Kami membeli 1-2 kg untuk sample dan oleh mas Iwan dan mas Nugroho di rosting di Malang, dan kami kembali ke petani untuk menyajikan kopi yang telah dibeli darinya. Para petani itu kaget karena sudah tidak mengenali kopinya lagi, rasa dan aroma jauh berbeda dengan yang para petani hasilkan. Para petani itu mulai paham dengan yang kami maksutkan, dan akan mengelola kopinya sesuai dengan pengarahan mas Iwan, untuk menyendirikan jenis kopi berdasar jenis, pohon, dan tempat panen untuk lebih mudah memberi lebel atau mengkategori jenis kopi tersebut.
[caption id="attachment_328459" align="aligncenter" width="600" caption="Kopi hasil panenan petani"]
Tak ada kata terlambat asal ada kemauan dan kepedulian, kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kopi. Dan yakin lah setiap hari kopi masih dinikmati mirip BBM yang setiap hari dikonsumsi.
"Selamat Ngopi Indonesiaku"
"Selamatkan Kopi Indonesiaku"
*) Salam Njepret
*) Salam Ngopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H