Pertemuan saya dengan Agus di resepsi pernikahan di Condong Catur Yogyakarta adalah satu kebetulan. Saya menghadiri resepsi pernikahan atasan saya tempat saya bekerja, sedangkan Agus sedang bertugas menjamu para tamu undangan yang hadir dalam resepsi tersebut.
Tamu undangan berebut menikmati menu angkringan milik Agus
Agus yang berasal dari Klaten saban harinya berjualan angkringan di Jalan Soekarno-Hatta di Ponorogo. Saya sudah lama mengenal Agus sejak tahun 2000-an di mana angkringan di Ponorogo masih bisa dihitung dengan jari, bahkan kala itu masih 4-5 angkringan. Saya dan keluarga menjadi pelanggan di angkringannya.
"Lo Gus... awakmu kok adoh tekan kene?" tanya saya dengan keheranan, karena saya masih menganggap kalau Agus sudah jadi orang Ponorogo karena lamanya dia jualan di Ponorogo.
"Omahku cidak nggur etan kono lo pak omahku Klaten, iki mau ketiban rejeki entuk orderan nek resepsi iki," jawab Agus. Dia menjelaskan kalau rumahnya di Klaten tak jauh dari tempat resepsi ini dan dia dapat job dari EO untuk menjamu para undangan yang hadir ini, dan makanya sudah hampir 3-4 hari ini dia tidak jualan di Ponorogo.
Agus menceritakan bila saat ini di Yogyakarta dan Solo sudah tren bila angkringan menjadi menu di tempat resepsi atau perjamuan tamu-tamu. Menunya tidak ada yang beda dengan jualan saban hari, hanya saja gelas, baki, piring dan perangkat penyajiannya lebih istimewa. Seperti halnya gelas tidak berupa gelas es pegangan samping namun model gelas para priyayi yang runcing bawah. begitu juga sendok dan piring dibungkus menyesuaikan menu yang lainnya dibungkus dengan tisue agar lebih higienis. Dan diberi seragam oleh EO.
Agus hanya tertawa ketika saya tanya berapa ongkos untuk mengundang dirinya seperti di resepsi kali ini, "Ini sudah dikontrak sama mbak EO yang jadi pembawa acara itu Pak, pokok sekali ikut resepsi ini saya bisa tidak jualan 4 hari artinya sebanding dengan kerja 4 hari."
[caption id="attachment_329414" align="aligncenter" width="600" caption="Para tamu penasaran dengan menu yang ada di angkringan"]
Bu Isti mengatakan, "Baru kali ini Mas saya kesampaian merasakan makan di angkringan, selama ini cuma penasaran saja ndak berani mampir di angkringan."