Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Angkringan Solo Semakin Naik Daun

16 Oktober 2014   23:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan saya dengan Agus di resepsi pernikahan di Condong Catur Yogyakarta adalah satu kebetulan. Saya menghadiri resepsi pernikahan atasan saya tempat saya bekerja, sedangkan Agus sedang bertugas menjamu para tamu undangan yang hadir dalam resepsi tersebut.
Tamu undangan berebut menikmati menu angkringan milik Agus

Agus yang berasal dari Klaten saban harinya berjualan angkringan di Jalan Soekarno-Hatta di Ponorogo. Saya sudah lama mengenal Agus sejak tahun 2000-an di mana angkringan di Ponorogo masih bisa dihitung dengan jari, bahkan kala itu masih 4-5 angkringan. Saya dan keluarga menjadi pelanggan di angkringannya.

"Lo Gus... awakmu kok adoh tekan kene?" tanya saya dengan keheranan, karena saya masih menganggap kalau Agus sudah jadi orang Ponorogo karena lamanya dia jualan di Ponorogo.

"Omahku cidak nggur etan kono lo pak omahku Klaten, iki mau ketiban rejeki entuk orderan nek resepsi iki," jawab Agus. Dia menjelaskan kalau rumahnya di Klaten tak jauh dari tempat resepsi ini dan dia dapat job dari EO untuk menjamu para undangan yang hadir ini, dan makanya sudah hampir 3-4 hari ini dia tidak jualan di Ponorogo.

14134486151275222110
14134486151275222110
Tak seperti biasanya orang yang dilayani Agus cantik dan ganteng kali ini
1413448741208860802
1413448741208860802
gerobak angkringan agus yang di Klaten sama persis dengan yang ada di Ponorogo, meski di tempat resepsi nuansa khas angkringannya masih dipertahankan

Agus menceritakan bila saat ini di Yogyakarta dan Solo sudah tren bila angkringan menjadi menu di tempat resepsi atau perjamuan tamu-tamu. Menunya tidak ada yang beda dengan jualan saban hari, hanya saja gelas, baki, piring dan perangkat penyajiannya lebih istimewa. Seperti halnya gelas tidak berupa gelas es pegangan samping namun model gelas para priyayi yang runcing bawah. begitu juga sendok dan piring dibungkus menyesuaikan menu yang lainnya dibungkus dengan tisue agar lebih higienis. Dan diberi seragam oleh EO.

Agus hanya tertawa ketika saya tanya berapa ongkos untuk mengundang dirinya seperti di resepsi kali ini, "Ini sudah dikontrak sama mbak EO yang jadi pembawa acara itu Pak, pokok sekali ikut resepsi ini saya bisa tidak jualan 4 hari artinya sebanding dengan kerja 4 hari."

[caption id="attachment_329414" align="aligncenter" width="600" caption="Para tamu penasaran dengan menu yang ada di angkringan"]

1413449410458351545
1413449410458351545
[/caption]

Bu Isti mengatakan, "Baru kali ini Mas saya kesampaian merasakan makan di angkringan, selama ini cuma penasaran saja ndak berani mampir di angkringan."

Memang tidak kaget orang seperti Bu Isti dan rata-rata yang hadir di resepsi adalah para priyayi, yang selama ini sebagian besar belum pernah merasakan namanya nongkrong di angkringan, apalagi angkringan lebih lekat dengan orang kecil dan orang pinggir jalan.

"Lucu Mas... teh dicampur jahenya manteb meski jahenya cuman direbus dan ndak kelihatan, saya sampai tanduk 2 gelas biar badan anget," kata Pak Soemarmo kepada saya, dan saya pun terus jeprat-jepret.

14134500651300890262
14134500651300890262
lapak angkringan Agus yang ada di jalan Soekarno-Hatta Ponorogo

"Meski menu makanan sama, namun penyajiannya yang berbeda Pak, di sini harus kelihatan lebih bersih. Kalau ndak gitu kita dimarahi oleh yang ngontak kita," kata Agus sambil menunjuk tahu bacem, tempe bacem, mendol, tahu goreng, sundukan, dan nasi bungkusan sambal dan teri.

"Air cuciannya harus ngalir, harus disabun gelas dan piringnya, dan dilap sampai bersih," imbuhnya lagi.

"Beda dengan jualan saya yang di pinggir jalan, tidak terlalu ribet, namun begitu saya juga memperhatikan kebersihan," jelas Agus lagi. Dan saya percaya karena saya mau beli di angkringan Agus yang di Soekarno-Hatta Ponorogo karena kebersihannya.

"Selamat berkuliner, selamat ber-angkring ria"

*) Salam Jalan-jalan

*) Salam Njepret

14116247061982861545
14116247061982861545
Kompasianer Penggila Kuliner

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun