[caption id="attachment_332724" align="aligncenter" width="600" caption="Berlarian mengejar Fery yang datang bersandar"][/caption]
Baru kali ini menyeberangi pelabuhan Gilimanuk-Ketapang siang hari, selama ini hampir selalu malam ketika tiba di pelabuhan penyeberangan ini. Indahnya lautan biru dan kapal-kapal yang akan sandar menjadi pemandangan yang indah, sehingga kamera selalu terkalung di leher.
Tiba orang-orang berlarian menuju buritan fery, dan saya-pun mendekat penasaran ada apa yang terjadi. Beberapa orang melempar sesuatu ke laut, entah apa yang dilempar namun suasana semakin riuh, sedikit berlarian sambil berpegangan saya menuju buritan yang riuh tersebut.
[caption id="attachment_332725" align="aligncenter" width="600" caption="lebih menyukai uang kertas daripada koin, nominalnya lebih besar"]
Terlihat 5-8 anak berenang di samping kapal fery, ternyata anak-anak itu memperebutkan koin yang dilempar dari penumpang fery.
"Lempar koin om.... lempar uang logam tante......" teriak mereka. dan begitu dilempar mereka langsung byur meloncat dan mengejar koin sampai dapat.
"Uang kertas juga mau tante....." rayu mereka sambil terengah-engah karena sambil berenang mereka menjaga keseimbangan agar tidak tenggelam. Dan begitu uang kertas melayang mereka langsung berebut meluncur kearah uang kertas yang terbang terbawa angin.
[caption id="attachment_332726" align="aligncenter" width="600" caption="kapal fery dan dermaga bisa kapan saja menggencetnya setiap saat"]
Kapal fery semakin merapat, mereka-pun juga ikut merapat disela-sela lubang dermaga, situasi yang mengerikan mereka bisa tergencet kapal fery dengan dermaga. Berkali-kali petugas pelabuhan meniup peluit uuntuk mengusir mereka agar tidak berada di antara kapal dan bibir dermaga ang terbuat dari semen cor. Namun mereka tetap bandel dan semakin beringas berebut koin yang masih saja dilempar oleh penumpang dari atas fery.
[caption id="attachment_332728" align="aligncenter" width="600" caption="orang dewasa, sebagian dari mereka"]
[caption id="attachment_332727" align="aligncenter" width="600" caption="menjadi obyek menarik untuk dipotret, namun hati-hati kalau tidak memberi mereka bisa marah"]
Banyak diantara mereka adalah pencari koin yang sudah berumur dewasa, suaranya lantang dan sering menggertak bila tidak dikasih koin.
"Awas kon..... motret tapi nggak ngasih koin...." sambil menunjuk ke arah pemotret yang ada di kapal fery.
Maka berhati-hatilah bila memotret dan tidak melemparkan uang, mereka bisa marah dan mengejar. Seperti preman mereka tidak mau kalah (mengalah) dengan anak-anak yang umurnya jauh dibawah mereka. Seakan pertunjukan yang mereka tampilkan harus diapresiasi dengan uang, tentu kita yang sudah menikmati juga harus punya konsekwensi, diberi dan ganti memberi.
[caption id="attachment_332730" align="aligncenter" width="600" caption="Fery segera bersandar, rejeki segera datang menghampiri mereka"]
[caption id="attachment_332729" align="aligncenter" width="600" caption="sambil berlarian mereka menghitung perolehan"]
Berpuluh-puluh kapal fery yang sandar hilir mudik antara Ketapang-Gilimanuk, membuat mereka harus berlari dari dermarga satu ke dermaga lainya untuk mengais rejeki. Badan basah kuyup dan kulit legam menjadi ciri mereka. Berenang adalah keahlian mereka, kecepatan adalah motto mereka, siapa cepat dia dapat.Demi 10-20 ribu per hari mereka pertaruhkan nyawa.
"Selamat Jalan-jalan"
*) Salam Njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H