Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Koin Bertaruh Nyawa di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk

3 November 2014   12:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_332724" align="aligncenter" width="600" caption="Berlarian mengejar Fery yang datang bersandar"][/caption]

Baru kali ini menyeberangi pelabuhan Gilimanuk-Ketapang siang hari, selama ini hampir selalu malam ketika tiba di pelabuhan penyeberangan ini. Indahnya lautan biru dan kapal-kapal yang akan sandar menjadi pemandangan yang indah, sehingga kamera selalu terkalung di leher.

Tiba orang-orang berlarian menuju buritan fery, dan saya-pun mendekat penasaran ada apa yang terjadi. Beberapa orang melempar sesuatu ke laut, entah apa yang dilempar namun suasana semakin riuh, sedikit berlarian sambil berpegangan saya menuju buritan yang riuh tersebut.

[caption id="attachment_332725" align="aligncenter" width="600" caption="lebih menyukai uang kertas daripada koin, nominalnya lebih besar"]

1414964582281018615
1414964582281018615
[/caption]

Terlihat 5-8 anak berenang di samping kapal fery, ternyata anak-anak itu memperebutkan koin yang dilempar dari penumpang fery.

"Lempar koin om.... lempar uang logam tante......" teriak mereka. dan begitu dilempar mereka langsung byur meloncat dan mengejar koin sampai dapat.

"Uang kertas juga mau tante....." rayu mereka sambil terengah-engah karena sambil berenang mereka menjaga keseimbangan agar tidak tenggelam. Dan begitu uang kertas melayang mereka langsung berebut meluncur kearah uang kertas yang terbang terbawa angin.

[caption id="attachment_332726" align="aligncenter" width="600" caption="kapal fery dan dermaga bisa kapan saja menggencetnya setiap saat"]

14149647061098264656
14149647061098264656
[/caption]

Kapal fery semakin merapat, mereka-pun juga ikut merapat disela-sela lubang dermaga, situasi yang mengerikan mereka bisa tergencet kapal fery dengan dermaga. Berkali-kali petugas pelabuhan meniup peluit uuntuk mengusir mereka agar tidak berada di antara kapal dan bibir dermaga ang terbuat dari semen cor. Namun mereka tetap bandel dan semakin beringas berebut koin yang masih saja dilempar oleh penumpang dari atas fery.

[caption id="attachment_332728" align="aligncenter" width="600" caption="orang dewasa, sebagian dari mereka"]

14149649541826018974
14149649541826018974
[/caption]

[caption id="attachment_332727" align="aligncenter" width="600" caption="menjadi obyek menarik untuk dipotret, namun hati-hati kalau tidak memberi mereka bisa marah"]

14149648321740242120
14149648321740242120
[/caption]

Banyak diantara mereka adalah pencari koin yang sudah berumur dewasa, suaranya lantang dan sering menggertak bila tidak dikasih koin.

"Awas kon..... motret tapi nggak ngasih koin...." sambil menunjuk ke arah pemotret yang ada di kapal fery.

Maka berhati-hatilah bila memotret dan tidak melemparkan uang, mereka bisa marah dan mengejar. Seperti preman mereka tidak mau kalah (mengalah) dengan anak-anak yang umurnya jauh dibawah mereka. Seakan pertunjukan yang mereka tampilkan harus diapresiasi dengan uang, tentu kita yang sudah menikmati juga harus punya konsekwensi, diberi dan ganti memberi.

[caption id="attachment_332730" align="aligncenter" width="600" caption="Fery segera bersandar, rejeki segera datang menghampiri mereka"]

14149651921518731587
14149651921518731587
[/caption]

[caption id="attachment_332729" align="aligncenter" width="600" caption="sambil berlarian mereka menghitung perolehan"]

14149650551690333492
14149650551690333492
[/caption]

Berpuluh-puluh kapal fery yang sandar hilir mudik antara Ketapang-Gilimanuk, membuat mereka harus berlari dari dermarga satu ke dermaga lainya untuk mengais rejeki. Badan basah kuyup dan kulit legam menjadi ciri mereka. Berenang adalah keahlian mereka, kecepatan adalah motto mereka, siapa cepat dia dapat.Demi 10-20 ribu per hari mereka pertaruhkan nyawa.

"Selamat Jalan-jalan"

*) Salam Njepret

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun