Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seribu Cerita di Bus Mira Jogja-Surabaya

13 November 2014   05:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 10869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_335010" align="aligncenter" width="600" caption="kakak saya, dan mereka terus saja berdiskusi"]

1415807203954050642
1415807203954050642
[/caption]

"Teman-teman.... bus ini sampai Surabaya, yang tun mojokerto bisa turun di terminal Mojokerto, dan yang Surabaya terus ke Surabaya, yang Trenggalek Ponorogo Madiun turun di terminal Madiun saja...." salah satu dari mereka sambil berdiri, dan suasana tambah gaduh karena mereka terlanjur banyak yang membayar cuma sampai Madiun.

"Tenang.... tenang...... yang sudah terlanjur membayar nanti tinggal nambah ongkos saja jangan panik...." teriak kondektur menenangkan adik-adik muda ini.

Sebagian dari mereka ada yang saling foto selfi dengan ponsel mereka, saling tukar pin bb, ada yang menagis, ada yang sedang menelepon rumah untuk dijemput bila sesampai di kota tujuan, muka sedih dari mereka tidak bisa ditutupi karena gagal untuk kali pertama mewujudkan impiannya untuk bekerja, mungkin saja kebanyakan dari mereka sedang lapar, mereka saling berbagi dan berebut roti dari bekal sebagian dari mereka.

Wajah lesu, tak semangat, keputus asaan dari penerus bangsa ini tampak ketara, sampai-sampai krue bus dengan sabar menenangkan dan menghiburnya, begitu juga penumpang yang lain. Kapasitas  tempat duduk 60 dikurangi 7 penumpang sebelumnya, bearti jumlah mereka lebih dari 50 orang.

[caption id="attachment_335036" align="aligncenter" width="600" caption="kondektur menenangkan diantara yang menagis, tampak sabar dan trenyuh dengan mengusap kepala mereka"]

1415840344653042881
1415840344653042881
[/caption]

[caption id="attachment_335013" align="aligncenter" width="600" caption="pedagang makanan yang keluar masuk bus di terminal Ngawi mereka cuekin, mereka masih bingung dengan nasib mereka sendiri, sebagian mereka tertidur kecapekan"]

14158072841722812573
14158072841722812573
[/caption]

Sesampai hutan barat Ngawi suasana agak tenang, hanya 1-2 diantara mereka saling telephone dengan orang rumah. Jalan berkelok dan bergelombang menbuat 3-4 dari mereka mabuk perjalanan dan muntah, kenek dan kondektur dibuat sibuk berlarian memberikan kresek hitam, dan menaruhkan pasir untuk menutupi muntahan yang berhambura di lantai bus.

[caption id="attachment_335008" align="aligncenter" width="600" caption="sopir bus mengurangi kecepatan, ada pemeriksaan polisi di Ngawi"]

14158069721654330723
14158069721654330723
[/caption]

Sesampai di dekat terminal bus Ngawi bus menepi tampak banyak polisi dipinggir dijalan, kelihatanya ada pemeriksaan polisi. bus tidak berhenti hanya memperlambat perjalanan. Dan 1/5 km dari tempat itu polisi juga banyak lagi, jalanan sedikit macet, ternyata ada truk tronton yang terguling. Lagi-lagi namanya anak muda mereka saling motret lewat tebalnya jendela untuk mengabadikannya.

"Bilang kepada temanmu yang rumahnya Ponorogo bisa bareng aku, aku bawa roda 4 tak titipkan di terminal Madiun...." tawar saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun