"Ayo mundur, engkelnya biar muat dilewati engkel..." teriak salah satu satpol pp.
[caption id="attachment_337316" align="aligncenter" width="600" caption="engkel, mereka menyebut truk dinas satpol pp ini"]
Saya kebingungan dengan istilah engkel, jenis apaan itu? karena saya sering menggunakan istilah engkel untu jahitan, jahitan engkel yang artinya jahitan tungggal.
Namun penasaran saya itu segera mendapatkan jawaban, setelah ada truk dinas milik satpol pp lewat, benar saja truk tersebut beroda belakang tunggal  tidak seperti truk truk yang biasanya beroda doble disisi kanan-kirinya.
Pinter juga para satpol pp Jakarta menghalau pedagang agar tidak berjualan di jalan, dengan melewatkan kendaraan dinasnya pedagang mundur.
[caption id="attachment_337317" align="aligncenter" width="600" caption="begitu satpol pp selesai melewatinya, mereka menarik dan menata lapak dagannganya kembali ke tengah"]
[caption id="attachment_337320" align="aligncenter" width="600" caption="tenda-tenda dari terpal mereka bentangkan kembali ke tengah setelah mobil satpol pp lewat"]
[caption id="attachment_337321" align="aligncenter" width="600" caption="pedagang dan petugas satpol pp akrab saling rokok-an bersama, seperti tidak pernah terjadi ada apa-apa"]
Namun cerita tidak berhenti sampai disitu, begitu kendaraan lewat para pedagang langsung menarik kembali lapak dagannganya ke tengah, meski para petugas sapol pp berada disamping mereka. Dan petugas satpol pp tersebut uga tidak marah dengan keadaan tersebut, bahkan diantaranya asyik ngobrol dengan pedagang, dan salah satu diantaranya asyik menghisap rokok dengan pedagang di trotoar.
Hal tersebut saya konfirmasi pada salah satu pedagang yang lapaknya dilewati mobil satpol pp, "Kok ndak marah bu... lapak ibu ditarik lagi ketengah jalan?"
"Iya mas, itu hanya upacara rutin tiap hari, seremonil, kan kita-kita iurang 300 ribu tiap bulannya pada petugas keamanan...." jawab ibu pedagang tersebut sambil merapikan dagannganya di lapak yang barus dia kembalikan ke tengah.