Karena hanya kendaraan itulah yang kuat untuk turunan dan tanjakan, dan adanya hanya siang karena kalau malam jalannya menyeramkan banyak jurang yang curam terlalu resiko bila naik kendaraan. Itupun kalau tidak berbelanja banyak seperti mau hajatan atau mendatangakn pupuk orang-orang memilih berjalan kaki puluhan kilometer dengan memotong naik bukit turun bkit dengan jalan pintas. Sedangkan barang dagangan akan dipikul oleh para suami mereka, sedangkan para perempuan menggendong dengan rinjing. Ongkos sekali jalan 10 ribu, dan bila membawa sak (karung plastik kecil) dikenai biaya 2 ribu per sak.
Maka tak heran bila bu Sanikem di awal menceritakan bila kalau malam orang pergi ke pasar bersama-sama berjejer-jejer dengan penarangan obor dan lampu senter.
[caption id="attachment_346207" align="aligncenter" width="600" caption="ayam, kelinci, sayuran, serta umbi-umbian bisa ditemui di pasar krempyeng ini"]
[caption id="attachment_346209" align="aligncenter" width="600" caption="elpigi, alat listrik juga tersedia "]
Seperti halnya bu Giyem datang ke pasar ini menjual hasil bumi dan pulangnya membeli gas elpigi, beras, bahan mie instan, rokok, dan semua yang dibutuhkan yang tidak tersedia didesanya. Karena desanya berada di pegunungan perbatasan dengan pegunungan Sedudo Nganjuk. Dia berbelanja untuk keperluan 2 minggu. Sekali berbelanja sekalian naik truk karena belanjaannnya banyak.
[caption id="attachment_346210" align="aligncenter" width="600" caption="buah buahan lokal"]
Untuk buah-buahan di pasar ini tidak sebanyak dipasar barat telaga, karena lebih laku di pasar tersebut karena orang kota lebih mudah untuk mengaksesnya. Para pedagang buahpun cukup lesehan ditanah dengan beralasakan karung palstik bekas pupuk, dan bila hujan tiba tinggal ditutupi plastik dan ditinggal berteduh. Cuaca pegunungan Ngebel yang tiba tiba hujan dan tiba tiba panas sudah membuat mereka terbiasa,
Saya jadi penasaran untuk datang di pasar ini ketika malam hari, penasaran kepeingin melihat orang-orang menuruni gunung beramai-ramai membawa obor, pasti seperti kembang api yang berjalan di kegelapan malam. Semoga hari pasaran Pon besok saya bisa ke sini lagi.
*) Salam dari pegunungan Ngebel
*) Salam njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H