[caption id="attachment_347348" align="aligncenter" width="600" caption="TPI Â Taman sepi, ikan-pun sedikit, nelayan enggan melaut, tampak mbak Untari memperlihatkan daganganya yang sepi"]
[caption id="attachment_347349" align="aligncenter" width="600" caption="ikan sepi, hanya 2 pedagang yang nampak kemarin"]
Pantaun saya lanjutkan ke daerah Pacitan, sepanjang jalan banyak SPBU masih tutup, dan ada yang buka namun diwarnai antrian panjang.
Bersamaan ke rumah teman yang barusan melahirkan (jagong bayi), saya menyempatkan pergi ke daerah pantai di Ngadirojo Pacitan, tampak TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sepi, aktifitas pedagang juga sepi, nelayan enggan melaut karena pasokan BBM belum stabil. Mereka akan menunggu BBM stabil.
"Mungkin 2-3 hari lagi mas BBM pun enten, yen enten nggih bidal malih...." kata mas Juoto sambil membersihkan kapalnya.
Para nelayan tidak mau ambil resiko dengan BBM yang terbatas untuk melaut, dan mereka lebih senang menunggu daripada berebut mengantri BBM.
Seperti hukum ekonomi, banyak barang harga turun, sedikit barang harga naik, begitu juga harga ikan kemarin, harga ikan layur yang biasanya 12 ribu naik menjadi 35 ribu, itupun ikannya hanya sedikit dan harus berebut diantara pembeli. Begitu juga harga ikan lainnya.
Mereka berharap harga ikan tetap bahkan naik meski harga BBM turun, bila harga BBM turun diikuti harga ikan tangkapanya turun percuma saja katanya.
[caption id="attachment_347350" align="aligncenter" width="600" caption="mas Juoto meminggirkan perahunya ke tepi untuk ditambatkan dan diperbaiki mumpung libur melaut"]
Harapan mereka sama, harga harga turun namun harga dagangnganya tetap bahkan naik, hal ini pasti yang ada dalam pemikiran para pemilik angkot atau pengusaha angkutan, harga-harga semoga turun tapi tarif angkutannya tetap atau kalau bisa malah naik. Bagaimana dengan anda?
*) Salam reportase