[caption id="attachment_351968" align="aligncenter" width="600" caption="Tari Bambangan Cakil di Hari Jadi Pacitan tadi siang"][/caption] Pacitan, 19/02/2015
Tak sengaja siang tadi sepulang dari Trenggalek saya lewat JLS (Jalur Lintas Selatan), meski perjalanan semakin jauh 3 kali lipat, namun rasa penasaran itu membua saya nekat memutar melewati Panggul terus ke Pacitan menyusuri jalan baru yang lebar dan lumayan bagus.
Terbayar sudah rasa lelah itu ketika melihat pemandangan sepanjang jalur Trenggalek sampai Pacitan, pantai-pantai yang bersih dan perawat dan kesibukan nelayan dan petani sepanjang jalan menjadi obyek jepretan saya. Rasa gembira itu masih ditambah lagi ketika memasuki perempatan Penceng Pacitan saya oleh Polisi tidak boleh ambil lurus ke arah kota, ketika saya tanya apa penyebabnya pada polantas yang menghentikan kendaraan saya.
"Maaf jalan ke alun-alun ditutup, karena ada perayaan hari jadi silahkan mas ambil kiri kalau ke Jawa Tengah, dan silahkan ambil kanan kalau ingin ke Ponorogo." kata polisi muda itu dengan ramah.
"Matur suwun pak...." jawab saya sambil belok kanan ke arah Ponorogo, namun penasaran saya semakin jadi, saya ambil jalan pintas lewat Jl. Kanjeng Jimad (arah ke makam Kanjeng Jimad) dan belok kiri menuju alun-alun lewat jalan tikus. Dan kendaraan saya parkirkan di halaman rumah warga, dan berjalan sedikit ke alun-alun.
[caption id="attachment_351972" align="aligncenter" width="600" caption="Kera putih dengan membawa gunungan berpesta pora"]
Untung sesampai di alun-alun acara kirab baru selesai, langsung memasuki inti tarian kolosal yang ditarikan oleh 100 an penari yang terbagi menjadi 2 yaitu penari lelaki memerankan kera putih bermuka hitam  yang menggambarkan keangkaramurkaan dan para perempuan cantik yang menggambarkan kebajikan.
Para kera itu berpesta pora menggunakan gunungan dan umbul-umbul serta mengagung-agungnya pemimpinnya dengan cara dipanggul, sementara ditempat yang saya para perempuan cantik terganggu dan akhirnya terjadi pertempuran dan para kera bisa dikalahkan, dan lari terbirit-birit. Sementara para kesatria yang diperankan perempuan-perempuan cantik itu bisa beraktifitas seperti sedia kala.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Cakil, menari sangat aktraktif namun terkesan congkak dan sombong"][/caption]
Begitu tarian kolasal selesai dari arah alun-alun barat muncul Cakil dengan pakaian merah mencolok dan muka yang hitam, menari sangat aktraktif mengikuti alunan kendang dan gamelan, gerakannya lincah dan terampil, seakan dia yang paling jago, paling sakti, dan paling menang. Namun kepintarannya dibalut dengan kecongkakan dan kesombongan sehingga membuat dia takabur. Merasa lebih dari semuanya.
[caption id="attachment_351974" align="aligncenter" width="600" caption="Kesatria (bambangan), dengan halus dan lemah lembut penampilannya menggambarkan keabjikan dan keabikan"]
Dan dari alun-alun sebelah barat pula muncul Kesatria (bambangan) yang diperankan wanita cantik, dengan lemah lembut, serta hati-hati dalam setiap gerakan dan tindakan, ini menggambarkan jiwa kesatria yang lembut, sopan santun dan penuh rendah diri, dan membawa kebaikan bagi semua.
Dan ketika kesatria tengah menenangkan diri dengan bersemedi Cakil menggangunya dengan segala cara, mulai merusak tempat semadi sampai mengganggu secara rohani maupun secara fisik.
Kesatriapun tidak goyah sampai menyelesaikan semedinya.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="terjadi pertempuran antara kesatria dan Cakil"][/caption]
[caption id="attachment_351975" align="aligncenter" width="600" caption="Cakil mengeluarkan senjata"]
Ada pesan khusus yang diusung pada hari jadi ini, kejahatan dan keangaramurkaan akan ditumpas dan dikalahkan oleh kebaikan dan kebenaran.
Acara ditutup dengan dahar kembul bujono, yakni makan bersama antara penonton (rakyat) dan bupati dan semua undangan, makanan berupa nasi bungkus khas Pacitan, tidak ada beda antara yang makan rakyat dengan yang dimakan para penguasa. Dan porak gunungan berebut makanan yang dibikin gunungan yang sebelumnya diarak ikut kirab. Penonton berhambuaran memasuki halaman pendopo untuk berebut makanan dalam gunungan, mereka menganggap makanan ini mengandung berkah tertutama ketika hari jadi begini.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="porak gunungan, penonton (rakyat) berebut makanan pada gunungan yang dianggap bisa membawa berkah"][/caption]
Selamat Hari Jadi Kabupaten Pacitan yang ke 270, semoga gemah lipah loh jinawi tinebihno saking bilahi lan ciloko. Dan untuk melihat perjalanan selanjutnya dan kegitan teman teman lain silahkan mengunjungi tempat bermain mereka *) Salam Kampret *) Salam Budaya *) Salam Njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H