Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Harmonisasi Petani, Peternak, dan Nelayan di Pantai Dangkal Pacitan

21 Februari 2015   01:21 Diperbarui: 17 Juli 2016   16:34 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai petani mereka memelihara ternak, seperti sapi dan kerbau untuk menggarap lahan pertaniannya, seperti nampak pada gamabar (pertama), kerbau-kerbau di gembala di rawa muara dipinggir pantai. Kerbau-kerbau mereka lepas dan mereka tinggal bekerja di persawahan. Mereka bekerja di sawah mulai jam 7 pagi sampai jam 2-an siang.

Jam 2 siang para lelaki menyeberangkan ibu ibu itu untuk pulang melewati bibir pantai yang akses jalannya lebih mudah.

[caption id="attachment_352071" align="aligncenter" width="480" caption="pak Bonawi menjemput istrinya dari kerja memanen padi, sementara dirinya langsung bergabung dengan temannya, nampak pula kerbau-kerbau mereka"]

14244216692080201679
14244216692080201679
[/caption]

Setelah para istri mereka pulang para bapak langsung menuju pantai bekerja sebagai nelayan. Dan unik di pantai Dangkal ini mereka mencari ikan berkelompok .

 

Mereka menamai Eret, dimana menacari ikan dengan memasang jaring lebar dan panjang yang dipasang melingkari teluk Dangkal ini, mereka memasang dengan memakai 2 perau membawa jaring ke tengah dan menata sedemikan rupa sehingga teluk nyari tercaver jaring, dan ujung jaring berada di daratan. Selanjutnya sekitar 15-20 orang menari jaring tersebut dari daratan. Dengan begitu ikan akan tergiring dan terperangkap dalam jaring. Jaring ini mereka namai jaring keruk, sedangkan cara menacari ikan ini mereka namai eret atau eretan. Mereka menarik (menggeret) jaring beramai ramai mirip orang yang eret-eretan (tarik tambang).

 

Hasil sekali eret sekitar 2-4 ton, paling sial 1,5 ton kata pak Bonawi. Hasil ini mereka bagi berdasar orang yang menarik (menggeret), per orang menadapat bagian, dan selebihnya dibagi lagi untuk semua anggota kelompok. Karena jaring dan peralatannya milik bersama.

Untuk bisa melihat eret ini kita harus ada di lokasi sekitar jam 3 sore, dan kurang lebih 2-an jam pekerjaan mereka selesai.

Ditempat ini juga sudah tersedia TPI (tempat pelelangan ikan), para penarik bisa membawa pulang hasil pembagiannya atau menjual pada pedagang yang mangkal di TPI ini.

Dipantai ini nyaris tidak kita temukan pemancing, mereka menganggap memancing membuang buang waktu, entah apa alasan mereka begitu. Namun kerja mereka sudah menjadi kerutinan saban hari, pagi disawah dan sore di laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun